Syahdan ada suatu negara yang letak geografisnya teramat jauh di seberang sana, dimana para pejabatnya banyak yang imut imut, eh,… amit amit dan lucu lucu lantaran sering ‘tulalit’ dalam setiap langkahnya.
Menurut bisik bisik tetangga, ada sejumlah anggota dan pimpinan DPR negeri tersebut yang kini tengah dirundung masalah, gegara lawatan dinas ke luar negeri yang semestinya cukup 3 – 4 hari saja, namun ternyata me-mark up waktu hingga > 11 hari kerja (keknya sih atas biaya dinas alias ‘abidin’ lho!). Konon tambahan waktu tersebut hanya untuk iseng, ngobrol ngalor-ngidul sembari makan makan dan minum + berselfie-ria sejenak dengan seorang konglomerat yang diharapkan bisa jadi investor bisnis kaca cermin serta batu akik yang lagi booming di negeri para anggota parlemen tersebut.
Prilaku para anggota dewan tersebut telah menimbulkan pro dan kontra di dalem negeri. Yang pro tentu gak ada masalah, tapi yang kontra pastinya gak mau diajak berhaha-hihi dan “sluman slumun slamet”. Kalo dihitung secara statistic, naga naganya lebih banyak publik yang marah, menyampaikan sumpah serapah, umpatan, caci maki terhadap mereka via dumay (dunia maya). Kendatipun pimpinan dewan sudah memberi pejelasan sebagai upaya pembelaan dan pembenaran, namun hujatan tetap tak terbendung, bahkan akan dilaporkan ke Majelis Kehormatan untuk dimintai pertanggungjawabannya, dengan istilah kata : DIADILI rame rame.
“wah.. itu khan hal yang biasa dan remeh temeh, kenapa mesti dibawa ke Majelis Kehormatan?, tapi gak apa apa deh, itu semua bagus kok!”. Demikian salah satu tanggapanya dari sang pimpinan, padahal hatinya sih dag-dig-dug, khawatir kehilangan kehormatan, fasilitas mobil mewah dan benefit lainnya karena dicabut oleh negara.
Selain berusaha ngeyel guna menutupi kekeliruannya, mereka juga tidak lupa untuk tetap memanjatkan do’a agar bisa selamat, lantaran tidak dipecat sebagai pimpinan atau anggota DPR yang terhormat.
Menurut bocoran info yang berseliweran, do’a yang dipanjatkan itu bertujuan agar :
- Majelis Kehormatan tidak mengadilinya, tapi cukup minta klarifikasi saja, sebab kalo diadili dan terbukti bersalah tentu nanti bakalan ada vonis atau sangsinya, sedangkan kalo cuman klarifikasi itu khan gampang, tinggal cuap cuap jelasin sekedarnya, soal jelas atau gak jelas; ngerti atau gak ngerti itu terserah, yang penting udah dijelasin. Nah, ….. setelah itu, biasanya urusan selesai dan bubar jalan.
- Kalaupun tetap harus diadili, dalam dakwaannya supaya tidak menggunakan pasal pasal hukum atau etika yang berlaku, sebab ini berbahaya, tapi cukup mengacu pada ucapan fenomenal mantan presiden (sudah almarhum) yang mangatakan bahwa : ”para anggota DPR persis seperti siswa-siswi PAUD” dan atau berpedoman dari sinyalemen salah satu sejawat pimpinan DPR, yang bunyi sinyalemennya adalah : “anggota DPR juga memang ada yang rada rada o’on”. Nah,…. kalo memakai acuan dan atau pedoman diatas, walaupun bersalah banget, tidak patut untuk memperoleh sangsi or hukuman, artinya bisa bebas murni, tanpa syarat. Logikanya, “masak sih anak PAUD nan o’on dihukum?, paling banter juga hanya diberi peringatan, lalu disuruh gosok gigi; cuci muka, cuci tangan, cuci kaki dan cepat cepat tidur sana!!!”. ..wakakakakakkk..
- Kalo harapannya terkabul, tentu keputusan Majelis Kehormatan tersebut layak dijadikan Yurisprudensi untuk kasus kasus para anggota dewan dimasa masa mendatang. So,… nantinya jadi bebas merdeka untuk berbuat “sak karepe dhewe” ………. Hehehehehe.
** Salam hangat dalam humor ….. hehehehehe..
Jakarta, (10 +1) September 2000 15;
- Nur Setiono –
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H