Alps Cafe, ILO Headquarters.
Di meja itu tersaji sepiring Zopf, ditemani oleh kopi krim yang lembut. Fitzgerald menoleh ke kanan – kiri. Ia sedikit gelisah karena menunggu menunggu seseorang. Baru saja ia menghadiri acara workshop mengenai HAM di dunia yang yang diselenggarakan PBB. Kali ini acara digagas oleh OHCHR, kantor PBB yang mengurusi HAM. Kebetulan di sana ia bertemu dengan Johan Leighton, kolega lamanya yang kini menjadi Deputi Penegakan HAM di kantor tersebut. Karena ramainya acara, mereka hanya berbincang sebentar, dan sepakat bertemu selepas acara di cafe seberang tempat workshop. Fitz lalu memberi kode kepada Waiter untuk mendekat.
“Aku pesan Rivella satu, juga Zurchergeschnetzeltes satu…”
“Baik pak…” jawabnya sambil berlalu.
Bersamaan dengan itu, di halaman cafe, sebuah sedan keluaran Jerman mendekat. Setelah kaca samping depan terbuka, seorang pengemudi melambai ke arah Fitz dan mereka berdua tersenyum. Beberapa menit ia telah muncul didepan Fiz
“Duduklah Jo…!” Fitz mempersilahkan.
“Okey, Fitz…!”
Johan melambai ke arah waiter.
“Coklat krim hangat, pak…!” serunya. Waiter itu mengangguk dan segera berlalu.
“Hei, bagaimana kabarmu? Lama sekali sejak konferensi HAM 3 tahun lalu…” Fitz berkata dengan nada riang, laiknya seorang kawan yang lama tak bersua. Antara ILO, organisasi perburuhan PBB dan OHCHR memang dekat dalam konsep mengurusi hak – hak manusia dan perburuhan. Hanya saja karena kesibukan masing – masing, cukup lama mereka tak bertemu…
“Oh, baik. Yah, itu semua karena kesibukkan. Aku sering ditugaskan ke Asia dan Afrika, meski waktunya pendek maksimal dua minggu. Selain itu sering terbang ke Den Haag, koordinasi dengan Amnesti Internasional yang berkantor di sana.” Ujar Johan sembari menyeruput coklat krimnya yang baru datang. Sementara Fitz memejamkan mata sambil mengunyah kue Zopf yang lezat.