1. Supply Chain Indonesia (SCI) mencatat perkembangan sektor logistik Indonesia pada tahun 2015 sebagai berikut:
(1) Sektor logistik Indonesia pada tahun 2015 tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena dampak pelemahan ekonomi global dan realisasi APBN yang relatif rendah. Pada tahun 2015 tersebut, biaya logistik Indonesia masih tinggi karena berbagai program perbaikan dan pengembangan logistik Indonesia belum memberikan dampak yang signifikan.
(2) Pada tahun 2015, perkembangan sektor logistik Indonesia berdampak positif terhadap permasalahan terkait barang kebutuhan pokok, terutama kenaikan harga, fluktuasi, dan kelangkaan. Namun demikian, masih terjadi disparitas harga yang cukup tinggi pada beberapa barang kebutuhan pokok di sejumlah wilayah tertentu.
(3) Implementasi Sislognas (Perpres No. 26/2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional) belum efektif yang dapat dilihat dari tingkat pencapaian target Sislognas tahap I tahun 2011-2015 yang rendah.
(4) Implementasi Sislognas terkendala terutama oleh tingkatan hukum Sislognas dalam bentuk Perpres sehingga kurang efektif dan tidak adanya lembaga permanen dalam perbaikan dan pengembangan sektor logistik.
(5) Konsep Tol Laut masih belum dapat menjadi acuan dan diimplementasikan secara terstruktur. Sejumlah program dari beberapa pihak seperti kementerian dan perusahaan BUMN maupun swasta terkait masih bersifat parsial.
(6) Pembangunan infrastruktur belum berdampak terhadap peningkatan keseimbangan penggunaan moda transportasi dalam pengangkutan barang yang masih didominasi oleh transportasi jalan.
(7) Dalam pengelolaan beberapa infrastruktur logistik, masih terjadi sejumlah permasalahan, misalnya dalam penetapan prosedur operasional dan tarif yang berpotensi meningkatkan inefisiensi logistik.
(8) Sebagian besar penyedia jasa logistik (PJL) Indonesia berada pada klasifikasi penyedia basic services, dengan kepemilikan jaringan internasional yang terbatas.
(9) Sebagian besar praktisi logistik Indonesia belum bersertifikasi kompetensi yang diperlukan sebagai bukti kompetensi dalam persaingan global, termasuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
(10) Kemampuan tracking & tracing dalam proses pengiriman barang masih rendah.