Mohon tunggu...
setiawati suyatman
setiawati suyatman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa

Menulis untuk menceritakan hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transformasi Hubungan Dalam Pernikahan

16 Juni 2020   23:43 Diperbarui: 16 Juni 2020   23:43 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernikahan adalah bersatunya dua  individu dalam satu ikatan suci untuk menjalankan kehidupan secara bersama sama baik dalam kondisi suka dan duka. Indah bukan?

Itulah impian dan harapan bagi semua orang diawal pernikahan mereka. Tapi dalam perjalanan waktu, ada yang mampu bertahan sampai ajal mereka menjemput, ada pula yang tidak bisa bertahan diawal awal pernikahan.

Alasan pernikahan ada bermacam macam seperti cinta, ekonomi, politik, adat istiadat,dan kebudayan. Bahkan Ada yang terpaksa karena image buruk seseorang jika belum menikah di usia tertentu di suatu masyarakat. 

Kita tidak bisa menghakimi dan merendahkan mereka, karena alasan tersebut. Kita hormati keputusan mereka menjalani pernikahan itu, dan ketika mereka memutuskan untuk berpisah untuk mencari kebahagian yang diimpikan pun bukan urusan Kita untuk ikut campur karena itu ranah pribadi seseorang.

Mendapatkan kebahagian, keturunan, perlindungan, keteraman, kenyamanan dan status sosial adalah sebagian dari tujuan pernikahan. Hubungan suami istri berkembang menjadi komplek seiring bertambah usia pernikahan.

Kemapanan ekonomi dan kepuasan dalam hubungan seksual atau kebutuhan biologis menjadi tolak ukur kelangengan atau keberhasilan suatu pernikahan menurut pendapat yang berlaku di tengah masyarakat.

Kepuasan suatu individu atau pasangan tidak hanya tergantung seperti faktor faktor yang disebutkan diatas tapi juga kepuasan atas kebutuhan psikologi patut diperhatikan dan diperlukan demi kesehatan mental bersama.

Pasangan yang sudah lama menikah pasti mempunyai prioritas dalam pernikahannya yaitu kemapanan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup masa sekarang dan masa depan sehingga kepuasan psikologi turut terpenuhi, sedangkan kepuasan biologis atau hubungan seksual bukan lagi sebagai faktor utama yang wajib dipenuhi seperti awal awal pernikahan dengan alasan sibuk bekerja mencari nafkah, sibuk urus rumah tangga dan anak anak atau salah satu pasangan atau keduanya menderita suatu penyakit.

Semakin lama Kita melangkah bersama pasangan dalam satu ikatan pernikahan semakin Kita banyak melihat perubahan atau transformasi  yang terjadi pada kehidupan pernikahan dan pasangan dimana dulu "ke-aku-an" masih ada dalam setiap berbicara, bersikap dan bertindak berangsur angsur menjadi "Kita".

Rasa saling mencintai dan menghormati dengan tulus menjadi kebiasaan hidup sehari hari. Bahkan hubungan seksual atau biologis dalam pernikahan, perlahan lahan mengalami transformasi juga dari bergairah menjadi bentuk yang lebih tinggi yaitu sentuhan kasih sayang yang tulus ketika Kita menyentuh pasangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun