Mohon tunggu...
Setiawati Fadhilah Z
Setiawati Fadhilah Z Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Sekarang juga dosen di salah satu PTN di Sul-Teng tapi belum ber-NIDN. Insya ALLAH segera

Lebih suka diskusi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan Hati Istri Pelaut

5 November 2022   13:41 Diperbarui: 11 September 2023   18:13 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Galeri Pribadi

Banyak yang sering bertanya sebelum menikah dengan pelaut apakah kamu sudah fikir dengan baik-baik?

Kenapa kamu mau sama pelaut?

Kok kuat sama pelaut?

Kata-kata yang sering saya dengarkan dari orang-orang sekitar bahkan yang tidak kukenal dengan baikpun bertanya seperti itu.

Mungkin mereka hanya ingin mengetahui alasanku saja, mungkin ada yang hanya sekedar kepo tapi mungkin juga ada yang benar-benar ingin mengatahui.

Sebelumnya perkenalkan nama  saya Dilha seorang dosen PTN di Sul-Teng yang lagi megurus NIDN dan pasanganku adalah seorang Mualim di kapal Ofshore.

Singkat cerita,

banyak asumsi-asumsi negatif yang saya dengarkan tentang pelaut. Saya sendiri hampir mempercayai asumsi orang-orang dan sebelum saya dekat dengan pasanganku sekarang mungkin pandangan saya tentang pelaut sama seperti mereka.

Tapi dalam perjalananku saya selalu berdo'a. Dan jujur saat di perjalanan cerita kisahku dengan pasanganku ada juga yang ingin melamarku. Saat itu kukencangkan do'aku dan juga aku lihat perjuangan dan komitmennya baik itu apa yang dia ucapkan dan komunikasi kita tetap terus berjalan  meskipun berada di tengah laut sekalipun, kalau di tegah laut jaringan itu susah banget tapi pasanganku tetap menghubungiku menggunangan email kantornya. Sebisa mungkin dia memberiku kabar. Seakan do'aku selalu mengarahkan ke dia, biasanya kita bertengkar tapi dia tidak jera untuk menghubungiku selalu menjaga komunikasi denganku berusaha untuk terus tetap bisa terhubung denganku. Selama setahun lamanya saya menunggu untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Sabar, do'a, komunikasi dan komitmen yang dia jaga yang membuatku bertahan dan mau berjuang menanti dia. Setahun kemudian kami menikah setelah kami dekat dan mengenal lebih dekat lagi, alhamdulillah yakin dengan keputusan sendiri. Beberapa bulan kami menikah hingga saat ini alhamdulillah komunikasi tetap berjalan, entah lewat whatsApp ataupun email. Kalau ditanya sedih itu sudah pasti kalau dibilang kesepian itu sudahlah jelas tapi alhamdulillah hingga saat ini keluarga besarku dari sebelum saya menikah dan sampai saya menikah tetap baik dan masih hangat jadi tanpa mengurangi kebahagiaan itu sendiri. Jarakku dan pasanganku yang kadang membuat bersedih hati tapi aku tau ini resiko dan tinggal kita cari bagaimana agar tetap bersahabat dengan jarak. Bagiku menikah adalah pelengkap dan ibadah, jadi dinikmati saja prosesnya karena masih ada kerjaan yang harus diselesaikan, keluarga yang masih tetap butuh perhatian kita seperti ibu, kaka. Mereka masih butuh kehadiran kita, saat ini aku anak yatim jadi tinggal saya ibu, kaka dan kaka ipar. Lagi pula bagiku kebahagiaan itu dari pikiran kita sendiri kok. Kebahagian kita yang bangun kok yang saya pahami tetap menjadi diri sendiri tetap menjadi kita yang sekarang dan terus belajar menjadi diri yang semakin baik juga mempersiapkan diri menjadi orang yang terus baik untuk kedepannya.

Poinnya adalah semua kembali ke mindset kita. Kebahagiaan itu kita yang create kita yang bentuk kita yang ukir sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun