Mohon tunggu...
Setiawati 127
Setiawati 127 Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa biasa

untuk memenuhi tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kepemimpinan Rasullulah SAW sebagai Teladan Masyarakat Madani

21 Agustus 2020   08:23 Diperbarui: 21 Agustus 2020   08:22 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Syekh Ja'far Al-Barjanji dalam kitab Al-Barjanji Li Maulidin Nabi mengtakan, Muhammad adalah manusia, tapi lain daripada manusia. Beliau laksana batu intan permata, sedangkan kita ibarat batu biasa. Syekh Nawawi Al-Batani dalam kitab Madarijus Su'ud menuturkan, Nur Muhammad di langit dimuliakan, sedangkan di bumi jadi panutan.

            Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa tidak ada satupun pigur yang paling luhur, manusia yang paling mulia, tokoh yang harus dicontoh, pribadi yang patut di teladani, bahkan individu yang wajib di tiru, selain Nabi Muhammad Saw. Ucapan beliau menjadi hadist quali, perbuatannya menjadi hadits fi'li, bahkan diamnya menjadi hadits takriri yang berfungsi sebagai tuntunan, arahan, bimbingan, bahkan pedoman dalam kkehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

            Namun, saying sekarang umat Islam seperti hilang arah, panutan dan tuntunan hidup. Sebagaibukti, dikalangan anak-anak telah disuguhkan tokoh-tokoh khayalan, sehingga mereka lebih kenal dengan sosok Batman, Spiderman, Superman, X-Man, Ipin-Upin dan Tom and Jerry dibandingkan dengan Rasull dan Nabinya sendiri. Dikalangan remaja dan pemuda tidak sedikit yang kagum dan mengidolakan artis serta selebritis, sebagian mereka lebih kenal artis dibandingkan dengan Nabi dan Rasullnya.

            Bahkan di kalangan birokrat, tengah dipertontonkan kenyataan para 'oknum pemimpin' yang bermental nakal, berjiwa binal, bermental provokator, dan berjiwa koruptor. Di depan rakyat menjanyanyikan lagu-lagu indah, mendendangkan syair-syair merdu, tapi di belakang tidak segan-segan mencekram, mencekik, menginjak-injak, bahkan membunuh hak-hak rakyat. Eksensinya pembangunan nasional yang diimpikan tetapi bencana nasional uyang menjadi kenyataan. Reformasi yang di cita-citakan, tetapi destruksi yang sekarang dirasakan. Itulah potret kehidupan akibat tidak adanya teladan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun