Mohon tunggu...
Erwin Setiawan
Erwin Setiawan Mohon Tunggu... -

Oppositon for Tyranny | Work @ Law Firm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidayat Nur Wahid; Teladan Bagi Bangsa

1 September 2013   19:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:31 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13780400742037277699

Tokoh politik kelahiran 8 April 1960 ini dalam rekam jejaknya sebagai seorang politisi yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR RI periode 2004 - 2009 dikenal tetap menjalani kehidupannya sebagai pribadi yang sederhana ditengah tawaran fasilitas negara. Terlebih saat menjabat sebagai Ketua MPR RI yang memberikan teladan bagi jajaran pimpinan MPR RI dengan menolak fasilitas-fasilitas mewah yang sebelumnya biasa diterima oleh pimpinan MPR dan jajarannya. Usulan tersebut mendapatkan respon yang positif dari wakil ketua lainnya, diantaranya AM Fatwa, Aksa Mahmud, dan Mooryati Soedibyo setelah diadakannya Rapat Koordinasi Jajaran pemimpin MPR RI. Dengan demikian, termasuk pemimpin MPR lainnya, mobil Volvo yang biasa dipergunakan sebagai mobil dinas, dikembalikan kepada negara. Lain lagi, penolakan juga didukung oleh fraksi-fraksi lainnya ketika Hidayat menolak adanya fasilitas penginapan di Hotel Mulia yang berkelas mewah tersebut sebagai tempat menginap jajaran anggota MPR RI. Teladan yang patut dicontoh lainnya ialah kerendahan hatinya di tengah jabatan publik yang tinggi yang ia miliki. Sehingga tidak banyak tokoh politik di negeri ini, yang menyerupai beliau dalam hal kesantunannya dan kerendahan hatinya sebagai pejabat publik. Tragedi Tsunami Aceh beberapa tahun lalu, ialah salah satu rekam jejak bahwa Hidayat yang saat itu menjadi Ketua MPR RI mau membaur dengan para relawan lain mengangkat kayu, memberikan pertolongan kepada korban, hingga mengangkat jenazah dan menshalatinya. Saat itu, tidak banyak yang menyangka dengan keteladanan yang beliau hadirkan bagi masyarakat, di tengah keringnya teladan dari para pejabat publik pada umumnya. Pengakuan banyak kalangan dan cendikiawan terhadap keteladanan Hidayat ini mengundang banyak apresiasi. Salah satunya yang pernah disorot oleh Azyumardi Azra, yang saat itu menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah dalam rubkrik opini di Media Indonesia edisi 11 Oktober 2004, dimana Azyumardi Azra mengatakan bahwa fenomena kemunculan Hidayat Nur Wahid  menjadi Ketua MPR RI dan semua kiprah PKS di atas merupakan proses dari apa yang ia sebut sebagai mainstreaming of islamic politics, pengarusutamaan politik Islam, sebagaimana yang dipahami dan ditampilkan PKS. Dan, Azyumardi Azra mengatakan, bahwa ia (hidayat) menjadi aktor dan pelaku yang cukup menentukan. Salah satu yang menjadi kultur yang diwarisi oleh beliau kepada rekan-rekannya di PKS ialah, dengan menjalankan jabatan publik secara amanah dengan tidak berusaha memegang jabatan strategis di partai setelah diamanahkan sebagai pejabat publik di pemerintahan. Hal tersebut di contohkan oleh beliau dengan mengundurkan diri sebagai Presiden PKS setelah terpilihnya sebagai Ketua MPR RI, dimana hal tersebut juga pernah dilakukan oleh Nur Mahmudi Ismail (Walikota Depok saat ini) mundur dari jabatan Presiden PKS setelah diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid saat itu, sebagai Menteri Kehutanan. Meskipun rendah hati dan popuer dengan kesantunannya, Hidayat tetaplah tegas terhadap apa-apa saja yang kemudian mengancam lunturnya harga diri Indonesia sebagai sebuah bangsa. Salh satunya sikap tegas beliau dalam menolak Undangan HUT kemerdekaan Malaysia pada 2007 lalu, dimana penolakan tersebut sebagai bentuk protes atas kekerasan yang dialami WNI di Malaysia, yang juga sebagai TKI. Penolakan juga disampaikan kepada Menlu Malaysia, SYed Hamid Albar, yang saat itu sedang berkunjung ke Jakarta dan mengundang Hidayat untuk makan bersama. Beliau (hidayat) mengatakan, lebih memilih menjenguk Pak DOnald Pieter Kolopita di rumah sakit daripada makan siang bersama menlu. Masih banyak dari kepribadian beliau yang bisa diteladani bagi kita semua yang relatif cukup aktif dalam mengafiliasikan kehidupan politiknya kepada partai tertentu berdasarkan pemahaman dan latar belakang yang dimiliki. Namun demikian, kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang patut diteladani oleh anak-anak kita, keluarga dan sahabat kita, serta masyarakat dan bangsa kita, perlu ditumbuhkan agar tersemai nilai-nilai keluhuran, etika dan akhlak bagi kita semua sebagai seorang warga negara, dan putera puteri bangsa secara sekaligus. Semoga Sumber foto : dakwatuna.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun