Hallo pembaca Kompasiana!!
Kabar duka baru saja datang dari negara tetangga, Tanah Siam atau yang lebih di kenal sebagai Thailand kehilanggan sang Raja yang dicintai masyarakatnya yaitu Raja Bhumibol Adulyadej. Konfirmasi ini diberitakan oleh otoritas Thailand, sang raja meninggal pada usia 88 tahun di Rumah Sakit Siriraj yang berada di pusat kota Bangkok.
Sedikit mengulik sejarah kepemimpinan Bhumibol yang berawal dari kematian saudara dari Bhumibol, Ananda Mahidol pada 9 Juni 1946. Maka, saat itu Bhumibol yangmasih berusia 19 tahun ditakhtai gelar Raja Rama IX dan sekaligus menjadi penerus kesembilan dari keraajaan Dinasti Chakri yang telah berusia 234 tahun. TIdak hanya menjadi penerus dinasti kerajaan, Ia juga menjabat sebagai Kepala Negara Thailand. Nama Bhumibol sendiri akan mendapat tempat khusus dalam sejarah negara-bangsa abad millennium. Ia memegang gelar sebagai raja yang paling lama memerintah atau berkuasa yaitu selama 70 tahun, masa jabatan 6 tahun lebih lama dari Ratu Elizabeth II.
Sepanjang 70 tahun berkuasa, Bhumibol telah memberi pengaruh kuat kepada sendi-sendi kehidupan di Thailand secara luas. Menyatukan elemen dari elit kaya hingga petani desa, menjadikan ia begitu berdampak dan dipuja oleh mayoritas masyarakat Thailand. Dampak kepemimpinannya terlihat sangat nyata dalam perpolitikan dalam negeri. Pergantian Konstitusi negara dan upaya belasan kudeta, baik yang berhasil maupun tidak, merupakan warisan peninggalannya.
Dalam hal kudeta, kerajaan diketahui melakukan ‘endorsment’ terhadap kudeta yang dilakukan militer selama masa kekuasaannya. Hilangnya kepemimpinan Bhumibol dikhawatirkan akan membuat sistem politik yang tidak stabil ini menjadi semakin rapuh. Ia juga dikenal akan pendamai ulung atas beberapa konflik yang terjadi antara masyarakat sipil dan militer.
Hal lainnya, dalam sisi perkembangan ekonomi. Kemajuan Thailand saat ini tidak lepas dari pengaruh Bhumibol. Kemandirian pangan yang berkelanjutan, menciptakan kemakmuran, hingga mendukung hadirnya sistem perekonomian yang berkemajuan adalah sumbangsihnya bagi rakyatnya.
Pengaruhnya dalam bidang ekonomi sangat terasa dalam beberapa waktu terakhir. Berita kematian dan pengganti Bhumibol langsung berdampak negatif terhadap nilai pasar saham Thailand. Diberitakan juga terjadi tekanan terhadap pasar saham, karena investor menunggu kepastian raja baru yang dapat menjamin keberadaan investasi mereka di Thailand.
Sampai dengan detik ini, belum terdapat pengumuman resmi dari pihak otoritas maupun kerajaan mengenai siapa pengganti Bhumibol sebagai Raja Rama X. Namun, Pangeran Maha Vajiralongkorn menjadi kandidat terkuat, sebab dari 4 anak Bhumibol ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Meski terdapat pro-kontra baik dari pihak masyarakat maupun petinggi di negeri itu atas perilaku atau kebiasaan pangeran yang ‘berbeda’ dengan sang ayah dan kaitan hubungannya dengan mantan Perdana Menteri Shinawatra.
Perlu sedikit diketahui pula, jika hari ini pemerintah Thailand sendiri dipimpin oleh pihak militer yang dikenal dekat dengan pihak Kerajaan. Sejak kudeta terakhir pada 2014, Kepala pemerintahan saat ini dikomandoi oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Selanjutnya, akankah kondisi negeri gajah putih hari esok akan bertahan sama dengan tanpa adanya kepemimpinan Bhumibol sebagai Raja yang dicintai warganya? Patut kita cermati arah kepemimpinan raja baru nantinya.
Kami turut berduka dan berbelasungkawa atas meninggalnya Raja Bhumibol. Rest In Peace, ‘Longlife King’.