Sudah barang umum jika hari ini, asas hubungan suatu komunitas akan berjalan dengan sangat harmonis dan lancar jika dua atau lebih pihak yang bekerjasama memiliki kepentingan yang sama. Kepentingan menjadi ikatan hubungan di antara pihak yang bekerjasama atau sedang berhubungan. Jika di dalam perjalanan hubungan tersebut telah terjadi perbedaan kepentingan maka, besar kemungkinan perceraian/pemutusan hubungan atau bisa-bisa konflik yang terjadi. Sebagaimana hubungan Timor Leste dan Australia hari ini, yang digambarkan oleh Roony Noor dalam artikelnya.Â
Timor Leste yang baru saja lahir, pada tahun 2002, tentu saja ingin mencari teman baru yang dapat ia percaya dan diajak bekerjasama. Sementara, dalam pencarian pertemanan dan hubungan yang baik tentu harus diikuti dengan kemampuan 'nilai jual' untuk dapat berbaur dengan teman baru. Celah Timor menjadi salah sati nilai jual itu sendiri, karena diyakini memiliki cadangan sumber daya alam akan gas dan minyak yang berlimpah.
Australia sangat paham akan 'nilai jual' Timor Leste, yang kemudian akan dijadikan syarat sah untuk menjalin hubungan baik. Seperti dalam serial film barat kebanyakan dimana anak 'bawang' tidak akan diundang dalam pesta yang diadakan anak 'orang kaya', karena suatu hal yang dilihat bahwa si anak 'bawang' tidak akan membawa faedah dalam acara tersebut. Memang pahit untuk mengambarkannya di kepala kita, namum begitulah kenyataannya. Tak perlu menaifkan diri untuk mengakuinya. Begitulah Dunia hari ini bekerja.
Waktu demi waktu berjalan, hubungan mesra yang dijalin mengalami masa jenuh yang mana Australia melihat dan merasakan 'nilai jual' Timor Leste sudah tak semanis awal hubungan. Perkiraan Australia yang tidak tepat tersebut membawa petaka. Maka, permasalahan mulai muncul di tahap ini. Bayang-bayang kemesraan yang akan dilalui dalam hubungan keduanya sudah habis dimakan usia. Timor Leste menganggap Australia telah mengeksploitasi 'nilai jual' nya terlalu dalam, hingga lebih-lebih ingin menguasai sebagian apa yang ada pada Timor Leste. Australia juga demikian, apa yang telah dikeluarkan olehnya untuk kepentingan hubungan dengan Timor Leste itu bukanlah hal yang cuma-cuma alias gratis.
Celah Timor yang pada awalnya menjadi daya tarik dalam berhubungan kedua negara, tapi diakhir cerita Celah Timor telah menjadi boomerang untuk menjadikan hubungan mereka dalam tahap perselisihan, yang bisa saja hal ini menjadi pemicu untuk perselisihan yang lebih besar. Apapun itu, kita dapat melihat jika hubungan atas dua pihak atau lebih diasasi oleh kepentingan material semata maka, akan ada waktu hubungan itu berakhir dengan tidak baik. Dalam hal dan dimensi apapun, hukum ini akan berlaku bagi kehidupan personal maupun berbangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H