Hallo K’ners!
Pada beberapa hari terakhir kita melihat banyaknya media-media nasional mempublikasi hasil liputan mereka terhadap Gulen yang sedang mengasingkan diri di Pennsylvania, Amerika Serikat.
Jika kita lihat dari hasil wawancara seluruh media ini kesemuanya sama, yang dapat berarti seluruh wartawan nasional ini berada di kediaman Gulen secara bersama-sama dan dalam waktu yang sama pula sehingga hasil liputan wawancaranya sama. Terlepas dari cara peliputan berita tersebut, hal pasti yang dapat kita lihat adalah Gulen dengan berani dan gamblang mengungkapkan pendapatnya kepada wartawan nasional terhadap hubungan dan tuduhan Erdogan atas dirinya sebagai dalang kudeta.
Ada beberapa hal yang dapat kita cermati pada peristiwa tersebut. Hal pertama adalah kita bisa melihat dan menyaksikan secara langsung pendapat sang pemikir yang lahir dari bangsa Kurdi-Turki ini terhadap perseteruan antara dia dan Erdogan. Gulen menyatakan dia tidak pernah bersekutu dengan Erdogan secara perjuangan berkelompok, yang ini berarti bahwa pernyataan umum jika Gulen dan Erdogan memilih berpisah setelah bersama adalah salah besar. Nyatanya, Gulen dan Erdogan memang tidak memiliki kesamaan dalam perjuangan hidup mereka. Jikapun ada kebersamaan itu hanyalah dukungan prinsip semata.
Perseteruan diawali dari kehadiran Erdogan kehadapan Gulen untuk meminta saran/pendapat dari sang pemikir atas niatan Erdogan untuk mendirikan Partainya. Pertemuan tersebut diakhiri dengan perbedaan pandangan bagi kedua pihak yang ditandai dengan adanya keinginan Erdogan untuk ‘memusnahkan gerakan’ Hizmet.
Kekeruhan hubungan mereka bertambah ketika tahun 2013 terdapat kasus tuduhan korupsi yang menjerat aktor-aktor penting di Turki. Dengan demikian, nyatalah perbedaan jalan keduanya dalam memperjuangkan kehidupan bagi bangsanya di Turki. Sehingga perseteruan mereka mencapai titik didih seperti hari ini.
Kedua, media adalah salah satu pemain utama dalam penyebaran informasi dan aktor penting untuk mempengaruhi orang banyak, dalam hal ini media juga memiliki peran dalam konstelasi politik, itu faktanya tak dapat dipungkiri. Dalam perisitiwa ini kita melihat dengan mata terbuka bahwa Gulen memiliki ide dasar berbeda dengan Erdogan.
Sebagai orang umum, kita patut bertanya. Kepentingan apakah yang dibawa media-media nasional ini dengan menyebarkan secara langsung suara Gulen, tanpa edit, tanpa interpretasi lebih dari wartawan atas suara Gulen? Yang dimana biasanya media lebih suka mengedit dan menterjemahkan lebih dulu sebelum mempublikasikan hal-hal sensitife seperti ini. Apakah media ingin menggiring suara rakyat Indonesia yang kebanyakan mendukung Erdogan? Apakah liputan media ini merupakan refleksi sikap pemerintah di negeri ini terhadap Turki?
Dalam perseteruan kedua pihak penting di Turki yang sedang terjadi ini, lebih bijak kita mengambil sikap untuk keluar dari mendukung salah satu pihak. Lain lagi jika kita punya kepentingan untuk mendukung atau memenangkan salah satu pihak.
Pada akhirnya, seperti artikel saya sebelumnya ini merupakan cerminan pertempuran internal antar pihak-pihak berpengaruh di Turki. Akankah kita mencampuri urusan tetangga kita yang sedang adu pendapat atau mungkin sedang lempar piring di rumah sebelah? Biarlah mereka menyelesaiannya dengan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H