Mohon tunggu...
Setiawan D. Nusa
Setiawan D. Nusa Mohon Tunggu... -

Ingin Melihat Matahari Terbit.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Guncangan Baru Dunia Timur Tengah

6 Juni 2017   13:59 Diperbarui: 6 Juni 2017   13:59 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam 24jam terakhir, dunia internasional dikejutkan oleh serangkaian peristiwa yang boleh dikatakan 'mendadak' dan mengejutkan'. 7 negara di belahan Timur Tengah mengambil sikap untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan negara dengan penduduk berjumlah 2,2 juta jiwa, Qatar. 6 negara yang memutuskan hubungan dengan Qatar, berturut-turut adalah Bahrain, Arab Saudi, UAE, Mesir, Yaman, Otoritas Libya dan Maladewa.

Jika kita melihat secara peta sebaran 7 negara tersebut, maka ini seperti bentuk isolasi secara teritori wilayah kedaulatan yang mungkin saja telah terkoordinasi sebelumnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah penyebab dari rentetan para sahabat Qatar dalam perkumpulan GCC (Gulf Cooperation Council) untuk mengambil sikap yang sangat keras atas hubungan diplomatik yang mereka punya, terlepas dari latar belakang keagamaan yang sama. Ini terlihat murni sebagai tindakan politik suatu negara berdaulat atas negara berdaulat lainnya. 

Kemungkinan Penyebab Pemutusan Hubungan

Saya uraikan secara singkat poin-poin yang melatarbelakangi keputusan yang terkesan 'mendadak' dan 'mengejutkan' ini. Mendadak dan mengejutkan karena pihak pemerintah Qatar sama sekali tidak menduga dan melihat adanya tanda-tanda keputusan dari para sahabat mereka di kawasan untuk memutuskan hubungan secara tiba-tiba dan sepihak.

1. 2 peristiwa penting dalam sebulan. Ini merupakan pemicu atas sikap negara-negara di kawasan untuk bersikap ekstrim atas hubungan mereka dengan Qatar. Peristiwa pertama adalah adanya pertemuan tingkat tinggi, Arab Islamic American Summit or Riyadh Summit 2017 pada 20-21 mei. Yang mana ini merupakan pertemuan petinggi 55 negara di Riyadh dari dua sudut, negara-negara dengan pemeluk agama Islam mayoritas atau tradisional yang digardai oleh Saudi dengan Amerika Serikatnya Donald Trump. Pertemuan ini adalah ajang untuk menyepakati suatu pendefinisian tentang Ancaman, Teror dan Radikal. Dikomandoi oleh Donalad Trump langsung, ini menjadi langkah kongkrit bagi Trump sendiri untuk menghapus ancaman atau teror yang ia pikir datang dan bersumber dari Timur Tengah. Terlebih, pertemuan ini akan mengubah peta Timur Tengah dimasa mendatang.

Sementara itu, peristiwa kedua merupakan suatu insiden media bagi Qatar. Agensi media Qatar mengutip dan mempublikasi penyataan Emir Qatar atas kebijakan Trump terhadap Iran. Sang Emir menyatakan, berdasarkan publikasi agensi media Qatar, "Iran adalah kekuatan kawasan dan Islam". Hal ini sangat jelas membuat negara-negara Timur Tengah yang kontra akan Iran meradang, dan melihat Qatar sebagai lawan bersama karena pernyataan tersebut. Namun, klarifikasi datang dari Qatar dengan menyebutkan bahwa agensi media tersebut telah di retas dan dan kutipan pernyataan tersebut tidak keluar dari mulut Sang Emir.

2. Qatar adalah Swisnya Timur Tengah. Qatar merupakan negara netral di Timur Tengah, sehingga punya daya tarik lebih dibanding negara lain di Timur Tengah dalam urusan perundingan perdamaian di kawasan. Begitulah gambaran yang ada nyatanya. Qatar tidak memihak ke negara berpengaruh (Arab Saudi, Israel, dan Iran) manapun di Timur Tengah. Terlebih, Qatar merupakan basis militer Amerika Serikat di Timur Tengah dengan adanya 11 ribu tentara aktif.

Namun disisi lain, dikarenakan sisi ke-netral-an tadi, negara ini juga merupakan 'Rumah Aman' bagi dedengkot Ikhwanul Muslim, Taliban, ISIS, Al-Qaeda, dan Militan Ekstrim di Yaman. Kehadiran para 'Teroris' ini juga menjadikan tempat yang paling aman di Timur Tengah, karena keberadaan mereka disana tidak diganggu oleh pemerintah Qatar.

3. Yang terakhir adalah apa yang saya sebut kemungkinan sedang. Putusnya hubungan diplomatik ini merupakan proses 'dagang politik'. Suatu proses jual-beli yang ingin dilakukan oleh pihak A terhadap Qatar atas adanya kemungkinan pergerakan kelompok militan yang 'berkompetan' dan 'diwaspadai' yang akan hadir di Qatar. Jelas ini merupakan suatu proses politik tingkat tinggi yang dapat kita lihat jawaban pastinya di hari-hari kedepan.

Bagi Qatar keputusan 7 negara tersebut adalah "Pelangaran terhadap Kedaulatan Qatar". Satu hal yang ingin saya rangkum. Dunia telah berubah dibawah komando Para Pemimpin Dunia hari ini. Era ketergantungan terhadap sesama negara telah berakhir, begitulah gambaran dari pernyataan Trump pada pertemuan-pertemuan Tingkat Tinggi yang ia hadiri dalam beberapa bulan terakhir. Peristiwa putusnya hubungan diplomatik antara Qatar dan 7 negara sahabatnya adalah bukti nyatanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun