Lain halnya Ahmad Soleh Sakni yang juga sebagai Sekretaris Jenderal Forum Pesantren Sulawesi Selatan, menurutnya mereka bersama rombongan 126 orang yang terdiri dari peserta 72, Â pelatih 15, tim kesehatan 2 dan sisanya pendamping. " MQK baginya merupakan ajang yang harus dipertahankan, sebagai ajang silaturahim dan evaluasi kualitas bacaan kitab kuning pondok pesantren di Indonesia,"
Sedangkan kegiatan lain sebagai penguatan keilmuan santri era milenial panitia MQK Nasional 2017 menyelenggarakan Diskusi Kepesantrenan dengan tema "Belajar Kitab melalui Digital & Fenomena Santri Milenial VS Tradisi Akademik Pesantren", dengan pembicara KH. Dr. M. Lutfi Fathullah, Lc., M.A dan DR. H. Rumadi Ahmad, M.A.
Diantara diskusi itu Perihal Santri Milenial haruslah memiliki kepintaran dan Optimis  dalam menggali Keilmuan Keagamaan dan Ke Islaman melalui pemahaman kitab kuning, sehingga membuat berdaya, dalam memiliki kemampuan sebagai modal bagi sumbangsih dalam upaya penguatan karakter dan kepribadian bangsa, serta menjadi insan terpandang yang di hormati dan disegani di masyarakat karena keilmuannya. Seperti tema besar MQK 2017 " Dari Pesantren untuk penguatan karakter dan kepribadian bangsa".
Santri juga harus melek teknologi, dengan artian jangan menjadi santri yang ketinggalan zaman, karena ke asikan belajar kitab di pesantren, lupa akan perkembangan ilmu dan teknologi. Padahal kitab kitab saat ini dapat di nikmati melalui digital dalam bentuk E-Book
SETIAWAN WIDIYOKO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H