Mohon tunggu...
Setiawan Triatmojo
Setiawan Triatmojo Mohon Tunggu... -

Lahir di Rejang Lebong, 05 - 04 - 1971. Belajar filsafat umum. Pekerja sosial. Saat ini sedang mendalami teologi sosial di Paris.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta Baru: Bayi Sehat yang musti "lahir" lewat Operasi Cesar.

7 Desember 2013   03:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini lahir karena ide nyasar akibat tergelitik oleh perubahan mendadak pada budayawan Betawi Ridwan Saidi, yang semula getol mendukung Jokowi, kini berbalik menolak. Penolakannya pun tak tanggung-tanggung. Menurut tokoh ini: "Jokowi - Ahok malah membuat Jakarta hancur; masih lebih bagus hasil kinerja gubernur sebelumnya." Saya terkejut juga karena berita itu. Sebab masih hangat dalam ingatan bagaimana Ridwan Saidi berdebat cukup alot untuk membela Jokowi-Ahok sebelumnya. Pasti banyak yang terkejut dan bertanya-tanya ada apa dengan tokoh ini? Tak heran jika kompas.com pun segera menyandingkan berita yang sudah bertolak-belakang itu dengan berita sebelumnya.

Saya tidak ingin membahas Ridwan Saidi, tetapi lewat kontroversi ini saya justru mendapat ide untuk melihat Jakarta Baru, buah gagasan Jokowi-Ahok sebagai bayi sehat, yang harus di"lahir"kan lewat operasi cesar. Jakarta Baru adalah bayi sehat, yang jadi dambaan semua orang. Namun sayang ia berada dalam rahim dan ibu yang tidak sehat, yang tidak bisa melahirkan secara normal. Satu-satunya jalan agar ia bisa "lahir" dengan selamat adalah lewat operasi cesar. Tentu saja ibu yang tidak sehat ini harus dibedah demi si jabang bayi bisa diselamatkan. Tidak ada jalan lain. Membedah perut? Untuk tujuan kesahatan dan keselamatan? Ya. Saat ini menjadi sesuatu yang lazim. Bahkan jika itu tidak dilakukan atau bahkan terlambat dilakukan bisa berbahaya bagi si jabang bayi maupun si ibu sendiri. Ibu itu memang kelihatan baik-baik saja, namun ternyata tidak sehat, sehingga operasi cesar itu musti dilaksanakan.

Berangkat dari analogi ini, kurang lebih itulah Jakarta Baru. Bayi sehat yang lama dinanti. Sudah diketahui keberadaannya dalam visi Jokowi-Ahok, sudah ada potensinya dalam program dan misi mereka, bahkan sudah ada sosoknya dalam sepak-terjang kerja mereka selama setahun ini. Namun sayang sekali ia berada di rahim yang sakit, dalam diri ibu yang tidak sehat. Jakarta adalah kota yang sudah terlanjur sakit karena segala problematikanya. Banjir, kemacetan, kriminalitas, korupsi, tawuran, demo-anarkis dan aneka  keruwetan lain di bidang sosial-demografi maupun sosial-ekonomi.

Jadi tak mungkin bayi sehat ini bisa dilahirkan secara normal, lewat jalan normal. Itu hanya bisa dilakukan pada daerah lain yang terutama baru terbentuk. Untuk daerah baru orang bisa melakukan pembangunan dan pengelolaannya lewat master plan, yang bisa dirancang untuk sekian puluh tahun ke depan. Merancang jalan yang lebar biar kelak tidak macet, jalur-jalur rel kereta api yang jauh dari pemukiman penduduk, penataan perumahan-perumahan, kantor-kantor atau infrastruktur yang strategis demi  efektivitas kerja dan efisiensi waktu serta tenaga atau biaya. Saat ini bukan hal yang sulit untuk merancang segala hal lewat kemajuan ilmu pengetahuan, yang berkembang sangat pesat ini.  Segala hal yang masih bisa dimulai dari awal sekali, pasti akan lebih mudah terbentuk. Tapi tentu saja tetap harus dimulai dengan visi-misi sebagai tujuan sekaligus titik berangkat. Dengan itu sebuah daerah baru dapat dikatakan bisa dilahirkan secara normal. Mengikuti tahap demi tahap kebutuhan dan perkembangannya.

Jakarta, atau kota-kota yang sudah lama berdiri, namun penuh dengan problem dan lalu ingin dijadikan sebagai kota baru, tentu saja tidak bisa lagi diurus dengan langkah-langkah yang normal. Itulah yang saya sebut dengan operasi sesar. Agar bisa lahir, bayi Jakarta Baru harus dikeluarkan dengan membedah terlebih dahulu kulit perut ibu. "Merusak" apa yang kelihatannya baik jika itu adalah jalannya, jika itu adalah penghalangnya.  Kulit perut ibu jelas tidak salah, namun harus disobek juga supaya jadi jalan keluar. Banyak hal-hal yang tampaknya baik di Jakarta, namun terpaksa harus "dirusak" lebih dahulu agar kemudian jadi jalan untuk perbaikan yang lebih berkualitas.

Tak cukup rupanya hanya dengan "merusak" kulit perut ibu, namun masih harus juga menyobek kulit rahim ibu, di mana bayi terbungkus. Dalam keadaan normal dan tak ada masalah, tentu saja aneh jika rahim harus dibedah. Namun ini ceritanya sedang dalam keadaan darurat. Tak ada yang salah dengan rahim itu, namun harus "dirusak" juga demi bayi bisa dikeluarkan. Itulah yang namanya operasi sesar. Untuk bayi Jakarta Baru, tampaknya memang harus "merusak" terlebih dahulu kulit perut ibu, lalu dilanjutkan membedah kulit rahim ibu. Sangat dipastikan ini sesuatu yang menyakitkan, membuat menderita dan bisa juga berbahaya, karena resikonya bisa saja kematian keduanya, baik bayi sehat itu maupun si ibu.

Tak bisa dipungkiri dalam proses persalinan ini dibutuhkan dokter ahli bedah kandungan serta bidan dan perawat yang kompeten. Itupun masih saja ada kemungkinan kesalahan. Jakarta Baru ingin dilahirkan lewat operasi sesar oleh yang berkompeten karena kepercayaan dan pilihan rakyat Jakarta: Jokowi-Ahok. Menurut Ridwan Saidi, Jakarta menjadi semakin hancur karena Jokowi-Ahok. Menurut saya, lewat analogi di atas, Jakarta memang harus lebih dahulu di"rusak" atau malah dihancurkan dahulu bagian-bagian yang selama ini dianggap baik, demi bayi Jakarta Baru bisa lahir selamat. Dan sebagaimana dalam setiap operasi sesar, sobeknya kulit perut ibu dan kulit rahim ibu hanyalah derita sementara yang nantinya juga akan sembuh. Tatkala bayi dikeluarkan dengan sehat dan selamat, ia akan menjadi kebahagiaan bagi semua. Saat ini dapat jadi Jakarta sedang merasa menderita karena operasi sesar itu; tetapi kita semua berharap kesembuhan dan kesehatannya akan segera tiba, sehingga menjadi Jakarta Baru yang sehat dan kuat.

Mari kita nantikan dengan tetap mempertimbangkan resikonya yang juga berbahaya: bayi tidak selamat dan ibu juga wafat karena berada di tangan yang salah, dan dengan demikian semua semakin kacau, ataukah  bayi lahir dengan selamat, ibu menderita sebentar tetapi segera akan bergembira dalam kebahagiaan yang besar, sebab berada di tangan yang benar. Kita berharap sambil berdoa semoga operasi sesar berjalan lancar dan karena operasi sedang berlangsung, tentu saja tak baik kalau kita mengganggu para "dokter" yang sudah diberi kepercayaan oleh masyarakat Jakarta, dengan segala hingar-bingar keributan kita. Kecuali ada di antara kita yang merasa lebih ahli daripada mereka dan sedang menyadari bahwa operasi mereka adalah salah langkah.

Salam Kompasiana. Salam Jakarta Baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun