Mohon tunggu...
Hendra Shah
Hendra Shah Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah Kita Memaafkan Komunis?

30 Januari 2014   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila ormas Islam setoleran NU dan Muhammadiyah saja dapat menjadi sangat anti komunis, maka tentu ada sesuatu yang salah dengan ajaran komunisme dan para komunis yang menganut dan mengamalkan komunisme di Indonesia. Tercatat di dalam sejarah memang faktanya ada beberapa noda hitam yang ditorehkan oleh kaum komunis terhadap negara ini, dan saya tidak berbicara mengenai pemberontakan Madiun dan G30S/PKI saja.
Bahkan sebelum negara ini berdiri, kaum komunis telah menimbulkan kekacauan di mana-mana dan menorehkan luka kepada perjuangan kemerdekaan bangsa ini, antara lain dengan berusaha menghancurkan Sarikat Islam dari dalam, dan setelah gagal membentuk Partai Komunis Indonesia dengan cabang di daerah lokasi cabang Sarikat Islam dengan tujuan merebut cabang tersebut bagi PKI.
Dosa PKI dan kaum komunis berikutnya adalah ketika Indonesia baru merdeka dan sedang bersiap menghadapi kedatangan tentara sekutu yang bermaksud mengembalikan Indonesia kepada Belanda, PKI justru memberontak di Tangerang. Selanjutnya Tan Malaka yang sepanjang usaha kemerdekaan bersembunyi di Moskow, justru kembali ke Jakarta dan membuat kekacauan demi merebut posisi presiden dari Soekarno dengan cara membuat surat wasiat palsu yang menunjuk dirinya sebagai pewaris tunggal kursi kepresidenan dan menyebar cerita palsu bahwa Soekarno telah menyerah kepada Inggris sehingga Tan Malaka adalah presiden yang sah.
Selanjutnya pada saat Indonesia sedang bersiap menghadapi Agresi Militer Belanda, PKI di bawah Musso dan Amir Sjariffudin justru melakukan pemberontakan dan melakukan kekejaman yang luar biasa terhadap rakyat dan sipil.
Setelah PKI dihancurkan menyusul pemberontakan di Madiun, Indonesia memaafkan mereka dan memberi kesempatan untuk PKI kembali berpolitik. Bukannya bertobat, PKI justru memanfaatkan kesempatan yang diberikan tadi untuk melakukan serangkaian agitas menghancurkan, menjebol dan membabat non-komunis, Soekarnois, rakyat kecil dan petani pemilik tanah. Terakhir mereka melancarkan pemberontakan keji bernama G30S/PKI yang terus menjadi momok sampai hari ini bagi Indonesia.
Setelah tahanan-tahanan PKI yang terkait G30S/PKI dilepas, mereka bukan bertobat tapi justru semakin bersemangat menyebarkan propaganda komunis sambil berusaha memutihkan nama mereka dengan cara menyebar kebohongan terkait G30S/PKI dan Pak Harto sebagai pihak yang memberantas PKI, seperti yang dilakukan oleh seniman besar komunis, Pramoedya Ananta Toer yang menerbitkan propaganda komunis melalui perusahaan penerbitan mereka, Hasta Mitra.
Penyebaran komunisme oleh Pram sangat berhasil dalam melahirkan bibit-bibit komunis baru yang kemudian membuahkan Partai Rakyat Demokratik yang sangat radikal, dan senang melakukan agitasi dan propaganda ala komunis dalam menjelek-jelekan Pak Harto. Mereka berhasil menggalang cukup aksi massa untuk memaksa Pak Harto mengundurkan diri dan melahirkan reformasi. Reformasi justru dimanfaatkan para komunis untuk semakin gencar menyebarkan komunisme dan memutihkan nama PKI dengan serangkaian propaganda bohong.
Salah satu upaya mereka mendistorsi sejarah adalah dengan menerbitkan buku putih PKI yang ditulis oleh John Rossa dan diterbitkan Hasta Mitra namun isinya tidak ada satupun yang benar dan sesuai fakta.
Terakhir, para komunis Indonesia bekerja sama dengan mantan PKI di luar negeri, Carmel Budiardjo, untuk membuat film propaganda yang mengadu domba Indonesia dengan luar negeri khususnya China, dan memperkeruh suasana dalam negeri dan antar anak bangsa.
Bila dihitung maka sekarang sudah 100 tahun lebih PKI dan komunis menimbulkan kekacauan, mengadu domba, merusak ketenangan Indonesia. Apakah kita masih dapat memaafkan mereka?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun