Mohon tunggu...
Setia Puji
Setia Puji Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Seorang perempuan biasa yang selalu ingin belajar dan mengembangkan diri demi mengisi hidup agar lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengatasi Kemarahan

2 Januari 2025   16:31 Diperbarui: 2 Januari 2025   16:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sakit hati yang teramat sangat bisa membuat seseorang jadi gelap mata. Keadaan di mana kemarahan tidak terkoneksi dengan akal pikiran yang rasional. Hingga tiba-tiba saja tinju melayang, melempar barang dan melontarkan kata-kata menyakitkan.

Kadang kata-kata itu adalah sumpah serapah agar orang lain celaka. Misalnya ingin yang menyakiti kita mati kesambar petir, tertabrak kereta dll. Meski pun kata-kata adalah doa tapi ketika tidak terwujud, yang mengucapkannya lebih seringnya tidak nyaman dengan kata-katanya sendiri.

Sebenarnya apa yang menjadikan orang sangat ingin membalas dendam dan celaka? Jawabannya adalah jika apa yang kita ingini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Banyak sekali kejadian sehari-hari yang membuat hati kecewa dan marah, misalnya saja seorang ibu yang memiliki anak dan ingin perintahnya segera dilaksanakan. Sementara si anak enggan dengan perkataan ibunya yang bossy, hingga membuat si ibu marah, belum lagi ditambah ada kenyataan lain yang tidak diterima oleh si ibu, membuat kekesalan bertambah-tambah. Hingga makian, kekecewaan, kemarahan timbul dan berimbas pada tindakan, bisa saja menggunakan kekerasan fisik.

Selain merugikan orang lain, jelas sikap tidak menerima kenyataan ini membuat hidup jadi tidak bahagia.

Lalu adakah solusi yang sederhana?

Adalah seorang Byron Kathy berkebangsaan Amerika, di tahun 1986an mencapai puncak kariernya, tetapi kehidupan pribadinya tidak bahagia, bercerai dua kali, memiliki anak remaja yang menurutnya pemberontak, dia sangat depresi, sampai-sampai enggan keluar dari kamarnya, anak-anak jadi pelampiasan dari apa yang tengah berkecamuk dalam benaknya.

Sangat banyak sekali pikiran yang mengganggu dia dan hidupnya kelihatan menderita karenanya, hingga ia masuk panti rehabilitasi untuk mengatasi permasalahan itu.

Di panti Katie tidak dibimbing oleh siapa pun karena memang bukan panti khusus menangani masalah kejiwaan, tapi suatu ketika tiba-tiba Katie mengalami semacam pencerahan.

Lalu ia membagikan pengalamannya membantu orang lain dan berhasil.

Ada metode yang dia temukan untuk menemukan bahagianya sendiri, yaitu olah batin.

Olah batin ini bukan klenik tapi satu metode pelepasan pikiran dan perasaan dengan mengajukan 4 buah pertanyaan dan putar balik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun