Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berniat Kuliah S-2, Coba Pikirkan 3 Hal Ini

24 Juli 2020   23:20 Diperbarui: 25 Juli 2020   04:56 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis juga merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa yang berkuliah di kampus Indonesia. Apa sebabnya? Sebab hampir seluruh kampus Indonesia masih mewajibkan mahasiswanya membuat riset berupa tulisan (skripsi), bukan suatu produk tertentu hasil percobaan atau hasil praktek.

Jauh dari itu, menulis merupakan senjata yang tidak akan sirna ditelan waktu. Sebuah tulisan bahkan akan tetap hidup, meski si penulis telah tiada. 

Namun, problem baru dalam dunia menulis adalah semakin berkuasanya budaya menonton, menonton video, menonton Youtube, menonton Instagram, dan tontonan lain yang dianggap lebih cepat dan menyenangkan. Buktinya, orang bahkan lebih senang menonton video, tinimbang harus membaca berita.

Problem ini sangat serius bagi bangsa Indonesia kini. Oleh karena itu, tidak berlebihan tampaknya apabila memelihara budaya menulis bagi mahasiswa dan bagi yang ingin kuliah S2 adalah suatu kewajiban. Ini akan berharga ketika tradisi budaya baca yang minim, dan semakin minim, maka tradisi menulis sedikitnya mampu memerangi problem tersebut.

Problem lain yang mungkin muncul, jika tidak terbiasa menulis, apa yang harus saya lakukan agar terbiasa menulis? Sebuah istilah yang cocok bagi kita semua adalah: "sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit". Maksudnya, sedikit-sedikit menulis, lama-lama tulisan menjadi bukit.

Atau, jika dulu mengingat masa lalu tentang tugas menulis 'diary', itu kebiasaan yang layak untuk kembali dilakukan kini. Menulis merupakan sebuah proses yang akan tumbuh apabila dilakukan berulang kali, dilatih, dan bahkan dipaksakan.

Atau, mengapa ketika kita senang berbicara, berulang kali, bahkan apapun dibicarakan, lebih-lebih digosipkan, tapi mengapa selalu tidak apabila menulis? Ini pula yang seringkali menjadi problem lain bangsa kita, lebih senang berbicara, termasuk bukan pada tempatnya, seperti haters, mem-bully, mencaci-maki, tapi sangat jarang menulis gagasan yang membangun.

Jadi, tidak sulit rasanya jika berniat S2 dan siap untuk selalu menulis.

Alasan kedua, siap ketika ada yang meragukan

Persoalan keyakinan memang selalu pelik untuk dipikirkan, terlebih bagaimana jika orang lain tidak meyakini kita. Tentulah tugas kita adalah meyakinkannya, dan membuktikan kesungguhan kita.

Ketika kita diragukan, tampaknya bukan persoalan hanya kala berniat melanjutkan S2 saja, dalam kehidupan lainnya, persoalan ini selalu datang dan mungkin pernah mengampiri siapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun