Hallo, happy friends.
Seperti diketahui bersama, generasi Z (Gen Z) dan generesi Alpha kelahirannya sangat diiringi dengan perbekalan kemajuan teknologi yang kian pesat. Dapat dikatakan kehidupan sehari-hari mereka selalu berkaitan dengan alat-alat teknologi seperti halnya smartphone. Acap kali penemuan dan teknologi yang berkembang memiliki sisi baikburuk, positifnegatif serta prokontra yang sudah terdengar oleh telinga para konsumennya.Â
Kita, sebagai seseorang yang selektif tentunya harus dapat memanfaatkan tiap-tiap peluang kesempatan yang dimiliki. Sebagai orangtua ataupun orang dewasa yang baik dan bijak yang sadar akan generasi penerus bangsa butuh dibina dan diarahkan demi kesejahteraan SDM unggul untuk Indonesia lebih maju ke depannya.
Membina hubungan baik antara manusia dengan Sang Maha Pencipta; manusia; dan alam perlu dilandaskan dengan sikap yang berbudi luhur. Proses penanaman nilai-nilai berbudi luhur tentu melewati perjuangan panjang agar hidup diselimuti ketentraman. Proses penanaman nilai-nilai tersebut akan membentuk dan melekat pada kehidupan dan jiwa manusia yang dinamakan akhlakul karimah.Â
Untuk membangun relasi tersebut diperlukan karakter juga kemampuan untuk mengontrol emosional yang dimiliki tiap-tiap individu. Penanaman karakter mesti diarahkan dan didapat sejak usia dini.
Pendidikan agama Islam bagi anak-anak yang masih kecil merupakan hal vital sebab fundamental keimanan harus sudah tertanam sejak awal. Dalam konteks ini, Islam sudah memuat dan mengatur pola pendidikan anak dalam agama.Â
Sejak dalam kandungan, para orangtua terutama ibu, disarankan untuk selalu berbuat baik, bertutur sapa yang baik, memberikan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, bahkan ketika melahirkan pun sang ayah disarankan melantunkan lafadz adzan dan iqomat.Â
Bentuk pendidikan agama sangat terlihat pada aqiqah. Ketika seseorang anak menginjak usia 7 tahun diperintahkan shalat oleh kedua orangtuanya. Bila telah mencapai usia 10 tahun belum juga melaksanakan perintah tersebut, masih bermalas-malasan mengerjakannya maka orangtua diperkenankan untuk memukulnya.
Karena banyaknya hal yang menyangkut tentang kesibukan para orangtua dalam pekerjaan, terkadang pendidikan anak terlupakan bahkan terdapat dari banyaknya orangtua tersebut menitipkan anak-anaknya kepada lembaga-lembaga pendidikan untuk diberi pengajaran dan pendidikan.Â
Padahal di lembaga pendidikan yang ada tersebut hanya memberikan pengajaran, bukan pendidikan. Secara pengetahuan (kognitif) anak mungkin saja pandai, akan tetapi secara aplikatif psikomotorik masih jauh dari tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Langkah mudah yang bisa diterapkan dengan pola teratur adalah kita sebagai orangtua, pendidik, maupun generasi yang sadar untuk membangun adik-adik penerus bangsa lainnya adalah dengan melek terhadap informasi dan teknologi.Â