[caption id="attachment_328108" align="aligncenter" width="413" caption="poster program GenRe dari BKKBN"][/caption]
Pasang behel rapat-rapat, agar gigi menjadi rapi,
masa depan harus dirawat, agar tak menyesal nanti.
Untuk urusan penampilan, banyak remaja rela melakukan berbagai hal. Perawatan dengan biaya tak murah tak jadi soal. Setitik jerawat yang menodai wajah, bisa membuat resah, seperti dunia mau runtuh saja. Bahkan di tayangan sebuah iklan televisi, tali sepatu panjang sebelah membuat pemiliknya galau, seperti habis diputusin pacar.
Memperhatikan penampilan agar menarik memang tak salah dan sesuatu yang wajar. Namun, alangkah baiknya jika elok penampilan juga diimbangi dengan kecantikan hati, kecerdasan, dan tingkah laku yang baik. Jadi perlu keseimbangan 3B antara brain (cerdas), beauty (cantik luar dalam) dan behavior (tingkah laku). Perhatian terhadap penampilan jangan sampai mengalihkan pandangan akan cerah masa depan.
Dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin pelik dan beragam dibutuhkan tambahan 1B yaitu brave. Keberanian untuk menapaki berbagai rintangan menuju masa depan. Keberanian untuk menangkal pengaruh buruk dari lingkungan dan pergaulan.
Perilaku dan permasalahan sosial remaja Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jumlah remaja yang melakukan hubungan seks pra nikah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Survei Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Anak di 12 kota besar pada 2012 mendapatkan 62,7% remaja SMP mengaku sudah tidak perawan. Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), setiap tahun sedikitnya terjadi 2,4 juta kasus aborsi, dengan 800ribu kasus absorsi dilakukan kalangan remaja.
Selain kasus aborsi, meningkatnya perilaku seks pra nikah juga berakibat pada bertambahnya remaja yang harus menjalani pernikahan dini. Hal ini dikhawatirkan bisa menghambat pendidikan dan kelanjutan karir generasi muda.
Perkawinan usia muda juga berimbas pada meningkatkan angka kelahiran yang memicu tingginya laju pertumbuhan penduduk. Sebab masa subur remaja yang lebih lama cenderung memiliki anak lebih banyak. Apalagi jika tidak diintervensi dengan program Keluarga Berencana (KB).
Persoalan ledakan penduduk terutama usia produktif mengakibatkan banyak persoalan. Diantaranya, ketersediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, tempat tinggal, dan bisa mengakibatkan terjadinya baby boom tahap kedua.
Selain perilaku seks pra nikah, generasi muda Indonesia menghadapi persoalan besar yaitu penggunaan Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif), serta risiko tertular penyakit HIV Aids. Karena itu remaja harus cerdas dalam mensikapi berbagai pengaruh buruk dan berani (brave) berkata “Tidak!”.
Remaja harus bisa mengendalikan diri untuk tidak mencoba-coba hal-hal yang berpengaruh tidak baik. Remaja harus bisa mengerem nafsunya. Itu sebab mengapa dalam istilah “Remaja” didahului dengan kata “Rem”. Bagaimana cara remaja dalam menghadapi pergaulan bebas? Rem aja!
Di era keterbukaan informasi, remaja harus cerdas dalam memilah-milah mana informasi yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya karena rasa solidaritas dan rasa tidak enak pada teman kemudian ikut mencoba-coba memakai narkoba atau ikut pergaulan bebas. Sahabat yang baik tak akan pernah menjerumuskan kita pada perbuatan tercela. Kekasih yang baik tak akan menceburkan kita pada kubangan dosa.
Wajah ternoda setitik jerawat, jangan sampai pecahkan kaca.
Jangan sampai nikmat sesaat, menghancurkan banyak rencana.
Saatnya GenRe