Cerita sebelumnya ada di bagian 6
Paijo terguncang-guncang di atas KRL Commuterline. Malam ini ia ingin cepat pulang, memeluk istri dan anaknya, dan menceritakan kabar gembira.
Kisah penemuan tiket Multi trip dua bulan lalu ternyata belum berakhir. Siang tadi ia dipanggil oleh Pak Bramantyo, Direktur Utama tempatnya bekerja. Di ruangan kerja Pak Bramantyo, sudah ada Pak Anton dan Bu Asti. Awalnya Paijo menduga, Pak Bramantyo menyuruhnya menghidangkan makanan dan minuman. Namun, yang terladi di luar dugaannya.
"Saya sudah mendengarkan kisah kejujuran Pak Paijo saat menemukan Kartu Multi Trip dari Pak Anton dan Bu Asti. Karena itu, saya memutuskan untuk mengangkat Pak Paijo sebagai karyawan tetap. Kejujuran Pak Paijo bisa menjadi teladan bagi karyawan lain. Saya merasa bangga memiliki karyawan seperti Pak Paijo," kata Pak Bramantyo.
"Alhamdulillah. Terima kasih Pak Bramantyo atas kepercayaannya. Sebenarnya sudah menjadi kewajiban saya untuk mengembalikan KMT itu pada Bu Asti," jawab Paijo dengan bibir gemetar. Ia sangat terharu atas kebaikan pimpinannya.
"Pak Paijo memang pantas mendapatkannya. Nanti bagian HRD akan mengurus semuanya," ucap Pak Bramantyo sambil menepuk pundak Paijo.
"O iya, Bu Asti juga datang kemari karena ada sesuatu yang ingin disampaikan. Silakan Bu Asti," lanjut Pak Bramantyo.
"Begini Pak. Terus terang, kejujuran Pak Paijo sangat menyentuh hati saya. Kebetulan saya bekerja di perusahaan travel. Karena itu, saya ingin memberikan kesempatan bagi Pak Paijo sekeluarga untuk umroh ke tanah suci," ungkap Bu Asti.
Paijo seketika merasa lemas. Ia tak bisa berkata-kata. Paijo sama sekali tak menyangka akan mendapatkan limpahan rejeki yang bertubi-tubi.
"Alhamdulillah, terima kasih Bu Asti. Saya benar-benar tidak menyangka. Ya Allah, terima kasih atas nikmat dan karunia yang Engkau berikan pada hamba-Mu ini," ucapnya terbata-bata. Suasana haru seketika menyelimuti ruang.
KRL Commuterline terus berderak membawa tubuh-tubuh yang berdesakan menuju jalan pulang. Paijo terus mengingat peristiwa siang tadi. Dalam guncangan kereta, tak terasa air matanya mengalir.