Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saldo (Bagian Akhir)

3 Juni 2015   12:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cerita sebelumnya ada di bagian 6

Paijo terguncang-guncang di atas KRL Commuterline. Malam ini ia ingin cepat pulang, memeluk istri dan anaknya, dan menceritakan kabar gembira.

Kisah penemuan tiket Multi trip dua bulan lalu ternyata belum berakhir. Siang tadi ia dipanggil oleh Pak Bramantyo, Direktur Utama tempatnya bekerja. Di ruangan kerja Pak Bramantyo, sudah ada Pak Anton dan Bu Asti. Awalnya Paijo menduga, Pak Bramantyo menyuruhnya menghidangkan makanan dan minuman. Namun, yang terladi di luar dugaannya.

"Saya sudah mendengarkan kisah kejujuran Pak Paijo saat menemukan Kartu Multi Trip dari Pak Anton dan Bu Asti. Karena itu, saya memutuskan untuk mengangkat Pak Paijo sebagai karyawan tetap. Kejujuran Pak Paijo bisa menjadi teladan bagi karyawan lain. Saya merasa bangga memiliki karyawan seperti Pak Paijo," kata Pak Bramantyo.

"Alhamdulillah. Terima kasih Pak Bramantyo atas kepercayaannya. Sebenarnya sudah menjadi kewajiban saya untuk mengembalikan KMT itu pada Bu Asti," jawab Paijo dengan bibir gemetar. Ia sangat terharu atas kebaikan pimpinannya.

"Pak Paijo memang pantas mendapatkannya. Nanti bagian HRD akan mengurus semuanya," ucap Pak Bramantyo sambil menepuk pundak Paijo.

"O iya, Bu Asti juga datang kemari karena ada sesuatu yang ingin disampaikan. Silakan Bu Asti," lanjut Pak Bramantyo.

"Begini Pak. Terus terang, kejujuran Pak Paijo sangat menyentuh hati saya. Kebetulan saya bekerja di perusahaan travel. Karena itu, saya ingin memberikan kesempatan bagi Pak Paijo sekeluarga untuk umroh ke tanah suci," ungkap Bu Asti.

Paijo seketika merasa lemas. Ia tak bisa berkata-kata. Paijo sama sekali tak menyangka akan mendapatkan limpahan rejeki yang bertubi-tubi.

"Alhamdulillah, terima kasih Bu Asti. Saya benar-benar tidak menyangka. Ya Allah, terima kasih atas nikmat dan karunia yang Engkau berikan pada hamba-Mu ini," ucapnya terbata-bata. Suasana haru seketika menyelimuti ruang.

KRL Commuterline terus berderak membawa tubuh-tubuh yang berdesakan menuju jalan pulang. Paijo terus mengingat peristiwa siang tadi. Dalam guncangan kereta, tak terasa air matanya mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun