Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hotspot Belum Tentu Kejadian Kebakaran

27 Oktober 2015   10:48 Diperbarui: 27 Oktober 2015   11:09 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sebaran titik api (foto lapan.go.id)"][/caption]

Maraknya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, mengakibatkan kita akrab dengan istilah hotspot yang diartikan sebagai titik api. Awalnya saya menganggap titik api sebagai jumlah kejadian kebakaran lahan/hutan yang terjadi di suatu wilayah.

Padahal, hotspot yang dideteksi Satelit NOAA dan dan Terra/Aqua MODIS adalah titik panas. Hotspot merupakan suatu area yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sekitarnya yang dapat deteksi oleh satelit. Area tersebut direpresentasikan dalam suatu titik berkoordinat tertentu.

Hotspot dalam jumlah banyak dan menggerombol memang menunjukkan adanya kejadian kebakaran lahan/hutan di suatu wilayah. Namun secara ilmiah, masih banyak kesalahan-kesalahan yang perlu diperhatikan.

Hasil penelitian Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menunjukkan bahwa error horizontal hotspot adalah sekitar 1 - 2 km dari koordinat ditunjukkan. Jadi jika melihat keakuratan data hotspot perlu dilihat dalam rentang radius 1 - 2 km.

Hal ini disebabkan karena resolusi spasial baik Satelit NOAA maupun Terra/Aqua MODIS adalah 1 km x 1 km di bagian tengah citra yang dihasilkannya. Untuk wilayah pinggir, resolusi spasialnya bisa 2 km x 2 km, sehingga kesalahan bisa mencapai maksimal 2 km. Koordinat titik panas/hotspot adalah titik tengah dari piksel citra satelit.

Selain itu jumlah hotspot bukan merupakan jumlah kejadian kebakaran lahan/hutan di lapangan. Dua kejadian kebakaran dalam radius 500 m dapat dideteksi sebagai satu hotspot. Kejadian kebakaran lahan/hutan yang sangat besar dapat dideteksi lebih dari 2 hotspot. Bahkan satu kebakaran kecil namun panasnya sangat tinggi dapat menghasilkan lebih dari 2 hotspot

Hotspot juga tidak dapat dikonversi menjadi luas kebakaran lahan/hutan. Jika hal ini dipaksakan maka kesalahan yang terjadi sangat besar. Sebaiknya untuk menghitung luas kebakaran lahan/hutan digunakan data satelit dengan resolusi lebih tinggi seperti Landsat atau SPOT.

Semoga informasi ini bermanfaat dan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia segera dapat diatasi.

--------------

Sumber 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun