Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Email RA Karsini kepada Nyonya Abundemen

21 April 2015   10:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dear Abundemen,

Bun, sudah lama kita tidak bertemu. Sejak terakhir kita naik KRL Ekonomi ke Bogor. Waktu itu kamu ingin sekali melihat mekarnya bunga Raflesia Padma, atau bunga bangkai di Kebun Raya Bogor.

Aku masih ingat bagaimana kamu melahap asinan dan touge goreng di pinggir stasiun Bogor. Menurutmu sangat unik bisa menikmati jajanan tradisional di stasiun. Pulangnya kamu menenteng dua ikat talas bogor. Eh, sekarang ada kue bolu dari Talas Bogor lho. Nanti aku kirim ke Belanda deh.

O iya, sekarang kereta ekonomi sudah dihapus, jasadnya mangkrak di stasiun Purwakarta. Memang banyak yang berubah di dunia perkeretaapian Indonesia. Singkat kata: habis gerbong gelap terbitlah gerbong terang dan dingin.

Namun seperti pepatah, tak ada gerbong yang tak retak. Masih banyak hal yang harus dibenahi. Keterlambatan, gangguan sinyal atau wessel, dan lain-lain.

Begitu juga dengan kesadaran pengguna KRL untuk mentaati peraturan dan kepedulian pada penumpang prioritas. Memang mengubah perilaku tak semudah membalik gorengan di wajan.

Kalau berdiri berdesakan di jam-jam sibuk sih masih tetep. Di era emansipasi ya suka duka dirasakan bersama oleh penumpang pria maupun wanita. Seperti pepatah, duduk sama rendah berdiri sama lelah. Yang penting saling pengertian dan peduli terutama pada penumpang prioritas.

Di KRL Commuterline sekarang ada kereta khusus wanita lho. Sesama kaum hawa bisa berkumpul di KKW. Sayangnya, tingkat kepedulian di KKW justru kurang, mungkin karena merasa sama-sama sebagai makhluk lemah. Kalau Ibu Kita Kartini melihatnya pasti sedih.

Bun, kapan ke Jakarta lagi? Sudah kangen nih pengin ketemu. Nanti kita bisa muter-muter Jabodetabek naik KRL. Tapi di stasiun kita tak bisa lagi beli combro dan tahu isi kesukaanmu. Kalau roti sih banyak, tapi kamu pasti sudah bosen.

Sudah dulu ya, nanti disambung lagi, capek nih ngetik di kereta.

Sahabatmu,
Rahma Aminah Karsini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun