Di pengujung tahun yang diguyur hujan rindu, kereta ingin membeli kalender baru, yang dijajakan gadis kecil di dekat loket stasiun itu.
Selama ini, kereta tak pernah punya kalender baru, meskipun sering singgah di stasiun Klender Baru. Pasti gadis kecil itu akan menyodorkan banyak pilihan, meskipun setahun tetap dua belas bulan.
Mungkin kalender tanpa gambar, tapi ia akan bosan menatap deretan angka yang sudah memenuhi grafik perjalanan kereta.
Sebenarnya, ia ingin memilih kalender bergambar pemandangan alam, sayang tak ada kereta yang melintas, padahal sangat indah melihat kereta meliuk melintasi jembatan besi yang membelah lembah atau menyibak hamparan sawah.
Kenapa tidak memilih kalender bergambar kucing saja, meski bukan kucing yang sering nongkrong di stasiun kereta.
Ah, bukankah ada pilihan kalender bergambar keindahan masjid raya atau bunga beraneka warna, atau kalender bergambar seksi artis ibukota yang akan menjadi artis kota kalau ibukota sudah pindah ke pulau sebelah.
Kereta ingin memasang kalender baru di dalam gerbong kereta. Seperti ruang tamu, di gerbong kereta telah terpasang televisi, iklan pewangi ketiak atau poster film kuntilanak; tempat duduk yang tak henti menjadi bahan perdebatan, sementara di luar pagar deretan jemuran menyita perhatian.
Kereta ingin memasang kalender baru di dalam gerbong kereta, agar di saat penumpang lelah menyusuri layar datar, bisa menatap dan merenungi: apa makna perjalanan hari ini.
Depok, 24 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H