Perjalanan Senin pagi (12/2/2018) dari Yogyakarta menuju Kebumen melewati jalan raya Daendels awalnya lancar jaya. Sayangnya Mbah Peta Gugel yang kadang sok tahu dan kita begitu mempercayainya (he he) menggoda untuk menempuh jalan pintas menuju Kecamatan Puring. Jadinya kami berputar-putar keliling kota dan menjelajah desa.
Untungnya, kami tak tergoda (tepatnya belum) mampir ke warung Sate Ambal, sate khas Kebumen yang bikin kemlecer. Sebab acara penting sudah menanti: Peluncuran Teknologi Largo Super dan Panen Padi Gogo di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen. Siapa Largo Super? Superhero yang nyasar ke Kebumen?
Para pembaca yang budiman, Largo Super merupakan paket teknologi padi lahan kering hasil inovasi Badan Litbang Pertanian atau Balitbangtan. Saat ini, pemenuhan beras nasional sebagian besar berasal dari lahan sawah irigasi. Padahal, Indonesia memiliki potensi lahan yang perlu untuk dikembangkan adalah lahan kering. Biasanya, lahan kering ditanami padi gogo, padi ladang atau padi huma.
Petani di Kecamatan Puring sebenarnya sudah menanami lahan kering dengan pola padi - palawija - palawija. Varietas padi yang ditanam biasanya Ciherang atau Mekongga. Namun produktivitasnya kurang memuaskan, tak lebih dari 4 ton/hektar. Mungkin kalau padi bisa baper, ia akan berkata:
Hidup di lahan kering berat,
kamu tak akan kuat,
biar Largo Super saja.
Penerapan teknologi padi Largo (Larikan Gogo) Super pada lahan 100 hektar di Kecamatan Puring merupakan bagian dari diseminasi hasil teknologi yang dihasilkan balitbangtan. Kegiatan ini adalah kombinasi dari beberapa hasil teknologi di lingkup Balitbangtan.
Penanamannya pun menggunakan Atabela (alat tanam benih langsung) karya BBMektan (Balai Besar Mekanisasi Pertanian). Modern dan keren kan. Dengan alat itu benih padi tumbuh cepat, merata, dan seragam. Pertumbuhannya berbeda dari cara tanam dengan sistem diawur atau ditugal.