Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Bebas Pegal di Sela Tugas Luar Kota

6 Januari 2018   11:35 Diperbarui: 6 Januari 2018   11:40 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan lupa bawa Geliga Krim agar tugas luar kota bebas pegal (Foto Dok. Pribadi)

Sebagai bagian dari masyarakat kurang piknik, saya selalu berusaha memanfaatkan secara maksimal setiap ada tugas ke luar kota. Tentu saja tanpa meninggalkan tanggung jawab dan tugas utama. Seperti orang-orang, saya juga ingin punya foto selfie dengan gaya santai di tepi pantai.

Kegiatan di luar kota biasanya hanya dua atau tiga hari dengan agenda padat merayap. Sebagai staf kurang ahli, biasanya saya mendapat tugas sebagai seksi sibuk. Hal ini tentu saja harus disiasati agar ada sedikit waktu untuk menikmati suasana wisata di wilayah tersebut.

"Mencuri" waktu di sela kepadatan kerja di luar kota membutuhkan rencana cukup matang dan stamina prima, karena waktu tidur/istirahat bisa berkurang saat harus melesat ke tempat wisata. Langkah pertama yang bisa ditempuh adalah mempelajari agenda kerja dan jadwal acara. Biasanya ada waktu yang bisa dimanfaatkan, misalnya seusai acara, sebelum perjalanan pulang ke bandara atau stasiun.

Saat pagi hari, usahakan bangun tidur lebih cepat. Prosesi jalan-jalan bisa dimulai dengan sholat subuh di masjid raya atau masjid besar sekitar hotel sekaligus wisata religi. Kalau sholat subuh di kamar hotel bisa mager (malas gerak) dan kemungkinan tidur lagi sangat besar.

Perjalanan pulang dari masjid bisa dimanfaatkan untuk melihat-lihat suasana kota/daerah dan wisata kuliner di waktu pagi. Biasanya kita akan menjumpai pedagang makanan khas di emperan toko atau pasar.  Tapi sarapannya jangan terlalu banyak karena masih ada jatah sarapan dari hotel/penginapan. He he, nggak mau rugi.

Kedua, pastikan semua berkas, perlengkapan, dan segala hal yang berhubungan dengan acara telah selesai sebelum keberangkatan. Jangan sampai di lokasi, kita hanya sibuk di depan laptop untuk mengetik berkas atau menyiapkan sesuatu yang sebenarnya bisa disiapkan jauh hari.

Mejeng di sela-sela acara Ritech Expo, Makassar. (Foto Dok. Pribadi)
Mejeng di sela-sela acara Ritech Expo, Makassar. (Foto Dok. Pribadi)
Langkah selanjutnya adalah mencari info di internet, lokasi wisata terdekat di sekitar tempat menginap atau lokasi tersebut dilalui saat menuju atau dari bandara/stasiun. Jangan terlalu jauh karena perjalanan ke lokasi bisa menyita waktu. Pastikan juga mencari info bagaimana transportasi di daerah tersebut, akses menuju dan dari bandara ke hotel, dan lain-lain agar waktu tak terbuang gara-gara bengong saat tiba di lokasi.

Saat tugas ke Kupang, Nusa Tenggara Timur pada pertengahan Desember 2017, saya berselancar di internet. Ternyata hotel tempat saya menginap berada di tepi pantai. Alhamdulillah, di sela kepadatan acara, pas pagi dan malam hari saya bisa menyusuri keindahan pantai. Andai saja waktunya bisa lebih lama, mungkin saya bisa ke tempat wisata lainnya.

Tak kalah penting, hubungi relasi atau teman di kota/daerah tersebut untuk menjadi penunjuk arah ke lokasi wisata. Syukur-syukur dia mau mengantar ke lokasi wisata. Sewaktu mendapat tugas di Makassar pada Agustus 2017, saya menghubungi beberapa teman. Jadwal acara cukup padat merayap. Pas malam di hari pertama, saya dihubungi salah seorang teman dan diajak putar-putar kota naik motor. Sebelum kembali ke hotel, kami menikmati pemandangan Pantai losari di waktu malam sambil menikmati pisang epek.

Di hari terakhir, teman SMA yang menjadi polisi di Makassar "membajak" saya ke beberapa lokasi memakai motor dinas. Di hari terakhir sudah tak ada tugas kantor, kami dan rombongan hanya menunggu waktu ke bandara di siang hari. Jalan-jalan sekalian patroli, katanya yang saat itu mengenakan pakaian dinas. Saya jadi seperti intel yang sedang memantau keamanan kota.

Saya diajak ke Pantai Losari, keliling wilayah kerjanya, hingga mampir ke rumahnya, hingga ke pusat oleh-oleh. Jadi semacam impromptu visit, karena setelah puluhan tahun berpisah baru kali ini kami bertemu kembali. Kalau sebelum ke Makassar saya tidak menghubunginya, mungkin kami tidak bisa bertemu dan saya hanya bengong di hotel.

Saya sempat was-was saat diajak blusukan ke tempat sepi, menyusuri tepian sungai besar dengan air jernih. Ternyata itu jalan pintas menuju Benteng SombaOpu di Kabupaten Gowa, Makassar. "Jarang-jarang lho orang bisa sampai ke tempat ini," kata teman saya.

Mejeng santai di pinggir pantai di Makassar (Foto Dok. Pribadi)
Mejeng santai di pinggir pantai di Makassar (Foto Dok. Pribadi)
Sewaktu kami memasuki gerbang Benteng Somba Opu, ada peristiwa menarik. Serombongan anak-anak berseragam sekolah SMP dan SMA yang sedang duduk-duduk mendadak bubar dan terbirit-birit menyalakan motornya. Teman saya tertawa, pasti mereka takut dirazia karena nongkrong-nongkrong pas jam sekolah. Begitulah, jalinan pertemanan bisa mengantar kita pada pengalaman-pengalaman tak terduga.

Saya jadi ingat sewaktu tugas ke Surabaya beberapa tahun lalu, waktunya sangat mepet hanya dua hari satu malam, sementara acara sangat padat. Pada malam hari, saya dibajak seorang teman yang juga pemerhati sejarah keliling kota Surabaya. Dengan menggunakan motor, saya diajak melihat Jembatan Suramadu, mencicipi Lontong Kupang, mengunjungi beberapa tugu, dan tempat wisata lainnya. Sepanjang perjalanan ia menjadi pemandu yang baik dan detail menerangkan sejarah setiap tempat yang kami kunjungi.

Pada waktu tugas ke luar kota, yang dinanti keluarga di rumah selain pulang dengan selamat, tentunya oleh-oleh. Agenda acara yang padat harus disiasati, jangan sampai acara ke luar kota hanya pindah dari kamar hotel, ruang seminar ke ruang rapat. Kepadatan acara pernah membuat saya tak sempat mampir ke pusat oleh-oleh, hingga akhirnya belanja di toko jajanan di bandara. Harganya tentu saja jadi lebih mahal.

Keluar hotel, ngobrol dengan satpam atau warga bisa menjadi jalan untuk mendapatkan beberapa informasi termasuk lokasi pusat oleh-oleh terdekat. Kadang informasinya tak terduga, seperti waktu ke Kupang ternyata ada toko oleh-oleh hanya sepelemparan batu dari hotel.

Sewaktu di Solo pada Agustus 2016, saya bisa membeli oleh-oleh saat mendapat tugas mencari percetakan digital untuk mencetak spanduk. Waktu menunggu spanduk dicetak sekitar satu jam, saya gunakan untuk mencari oleh-oleh di toko tak jauh dari percetakan. Pas pulang, teman lain membeli oleh-oleh di bandara karena acara memang sangat padat, saya sudah menenteng kardus oleh-oleh. "Lho kamu kapan beli oleh-olehnya?" tanya teman saya.

Begitulah cara saya mencari waktu menikmati suasana atau mengujungi lokasi wisata di sela kepadatan tugas kantor di luar kota. Resikonya memang waktu istirahat kita jadi berkurang, tapi tak mengapa toh bisa diganti nanti sewaktu pulang. Stamina juga harus prima, karena selain fokus mengurusi acara juga harus menyiapkan energi untuk jalan-jalan. Jangan sampai gangguan kesehatan seperti kram atau pegal-pegal menganggu aktivitas di luar kota.

Jangan lupa bawa Geliga Krim agar tugas luar kota bebas pegal (Foto Dok. Pribadi)
Jangan lupa bawa Geliga Krim agar tugas luar kota bebas pegal (Foto Dok. Pribadi)
Untuk itu jangan lupa masukkan obat-obatan seperti balsam, minyak angin aromaterapi, obat flu dan lain-lainn ke dalam daftar wajib barang bawaan. Salah satunya yang direkomendasikan adalah Geliga Krim, produksi PT Eagle Indo Pharma yang telah puluhan tahun memproduksi produk bermutu untuk perawatan kesehatan.

Krim Otot Geliga membantu meredakan sakit dan nyeri punggung, pundak, nyeri pada persendian, keseleo, kram dan masalah otot lainnya. Dengan olesan Geliga Krim, kegiatan mondar-mandir mengurus acara dan mencuri waktu untuk jalan-jalan bisa bebas dari gangguan pegal, nyeri persendian, kram, dan lain-lain.

Geliga Krim tersedia dalam kemasan yang trendi ukuran 30 gr dan 60 gr, tidak malu-maluin kalau dibawa kemana-mana. Geliga Krim mudah menyerap ke kulit dan yang pasti tidak lengket, sehingga tidak menganggu saat aktivitas. Geliga Krim juga tidak menimbulkan noda pada pakaian, sehingga saat menjalankan tugas kantor kita tetap percaya diri.

Jadi jangan lupa, kalau sedang ada tugas ke luar kota, sisipkan Geliga Krim ke dalam tas. Dengan stamina fit dan bebas pegal, pekerjaan kantor bisa dilaksanakan dengan baik. Aktivitas jalan-jalan di sela kerja di luar kota pun jadi lebih asyik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun