Sebagai bagian dari masyarakat kurang piknik, saya selalu berusaha memanfaatkan secara maksimal setiap ada tugas ke luar kota. Tentu saja tanpa meninggalkan tanggung jawab dan tugas utama. Seperti orang-orang, saya juga ingin punya foto selfie dengan gaya santai di tepi pantai.
Kegiatan di luar kota biasanya hanya dua atau tiga hari dengan agenda padat merayap. Sebagai staf kurang ahli, biasanya saya mendapat tugas sebagai seksi sibuk. Hal ini tentu saja harus disiasati agar ada sedikit waktu untuk menikmati suasana wisata di wilayah tersebut.
"Mencuri" waktu di sela kepadatan kerja di luar kota membutuhkan rencana cukup matang dan stamina prima, karena waktu tidur/istirahat bisa berkurang saat harus melesat ke tempat wisata. Langkah pertama yang bisa ditempuh adalah mempelajari agenda kerja dan jadwal acara. Biasanya ada waktu yang bisa dimanfaatkan, misalnya seusai acara, sebelum perjalanan pulang ke bandara atau stasiun.
Saat pagi hari, usahakan bangun tidur lebih cepat. Prosesi jalan-jalan bisa dimulai dengan sholat subuh di masjid raya atau masjid besar sekitar hotel sekaligus wisata religi. Kalau sholat subuh di kamar hotel bisa mager (malas gerak) dan kemungkinan tidur lagi sangat besar.
Perjalanan pulang dari masjid bisa dimanfaatkan untuk melihat-lihat suasana kota/daerah dan wisata kuliner di waktu pagi. Biasanya kita akan menjumpai pedagang makanan khas di emperan toko atau pasar. Â Tapi sarapannya jangan terlalu banyak karena masih ada jatah sarapan dari hotel/penginapan. He he, nggak mau rugi.
Kedua, pastikan semua berkas, perlengkapan, dan segala hal yang berhubungan dengan acara telah selesai sebelum keberangkatan. Jangan sampai di lokasi, kita hanya sibuk di depan laptop untuk mengetik berkas atau menyiapkan sesuatu yang sebenarnya bisa disiapkan jauh hari.
Saat tugas ke Kupang, Nusa Tenggara Timur pada pertengahan Desember 2017, saya berselancar di internet. Ternyata hotel tempat saya menginap berada di tepi pantai. Alhamdulillah, di sela kepadatan acara, pas pagi dan malam hari saya bisa menyusuri keindahan pantai. Andai saja waktunya bisa lebih lama, mungkin saya bisa ke tempat wisata lainnya.
Tak kalah penting, hubungi relasi atau teman di kota/daerah tersebut untuk menjadi penunjuk arah ke lokasi wisata. Syukur-syukur dia mau mengantar ke lokasi wisata. Sewaktu mendapat tugas di Makassar pada Agustus 2017, saya menghubungi beberapa teman. Jadwal acara cukup padat merayap. Pas malam di hari pertama, saya dihubungi salah seorang teman dan diajak putar-putar kota naik motor. Sebelum kembali ke hotel, kami menikmati pemandangan Pantai losari di waktu malam sambil menikmati pisang epek.
Di hari terakhir, teman SMA yang menjadi polisi di Makassar "membajak" saya ke beberapa lokasi memakai motor dinas. Di hari terakhir sudah tak ada tugas kantor, kami dan rombongan hanya menunggu waktu ke bandara di siang hari. Jalan-jalan sekalian patroli, katanya yang saat itu mengenakan pakaian dinas. Saya jadi seperti intel yang sedang memantau keamanan kota.
Saya diajak ke Pantai Losari, keliling wilayah kerjanya, hingga mampir ke rumahnya, hingga ke pusat oleh-oleh. Jadi semacam impromptu visit, karena setelah puluhan tahun berpisah baru kali ini kami bertemu kembali. Kalau sebelum ke Makassar saya tidak menghubunginya, mungkin kami tidak bisa bertemu dan saya hanya bengong di hotel.