Sudah terlalu lama berdiri. Di kereta terlalu lama aku harus berdiri. Berdiri mencari tumpuan kaki. Pegalnya
Modifikasi lagu Terlalu Lama Sendiri yang dinyanyikan secara syahdu oleh Kunto Aji sepertinya mewakili keseharian pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) di seputar ibukota. Pada jam-jam sibuk, penumpang harus berdiri di antara himpitan dan desakan manusia, seperti pepes ikan peda.
Kadang terpikir, saat naik KRL tubuh orang berubah selentur karet busa. Dalam kondisi penuh sesak, ada saja penumpang yang bisa memaksa dan merangsek masuk. Sementara penumpang di dalam kereta harus menjaga keseimbangan dan terhimpit sesak.
Ketika akan turun di stasiun tujuan penumpang juga harus berjuang menyibak sesak penumpang. Jurus jalan miring seperti kepiting menjadi andalan. Begitu turun, periksa kembali barang bawaan Anda, jangan sampai tertinggal atau kehilangan. Termasuk kaki barangkali tertukar.
Tak hanya berjuang di kereta. Para pekerja komuter atau penglaju juga harus berhadapan dengan kemacetan jalan raya. Sementara sampai di tempat kerja, banyak pekerja yang aktivitasnya lebih banyak duduk di belakang meja.
Nah, agar tulang sendi tak kaku-kaku atau pegal, penglaju bisa berolah raga sambil berangkat atau pulang kerja. Salah satunya dengan naik turun tangga stasiun atau kantor.
Aduh! Mendengar kata naik turun tangga saja sudah terbayang lelahnya. Apalagi di samping anak tangga ada eskalator atau lift yang menggoda.
Padahal, menurut beberapa referensi, naik turun tangga memberi banyak manfaat dibanding berolahraga di pusat kebugaran. Gerakan ini dinilai lebih efektif menurunkan berat badan dan melatih pernapasan.
Naik turun tangga juga membuat jantung lebih sehat karena mampu membakar kalori. Hasilnya jantung lebih sehat karena terlatih dan tak mudah lelah saat beraktivitas. Gerakan naik turun tangga berguna untuk mengurangi pegal dan nyeri sendi. Terutama bagi pekerja kantoran yang jarang bergerak karena seharian duduk di depan komputer.