Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line jurusan Stasiun Jakarta Kota menjadi saksi pertengkaran antara Panji dan Renata. Riak kesalahpahaman mulai terasa ketika roda kereta menapaki jalur satu stasiun Depok Baru.
Saat Panji menjemput Renata di rumahnya hingga menunggu kereta di Stasiun Cilebut, tak ada gelagat akan meletus perang dunia ketiga. Renata tampil istimewa mengenakan gaun berenda-renda, berpadu serasi dengan sepatu hak tinggi. Panji sedikit minder karena hanya mengenakan kaos, jeans, dan sepatu kets butut.
Renata sebenarnya agak salah kostum, lebih mirip artis mau syuting sinetron Cinderella Naik Kereta Kencana. Tak heran jika banyak penumpang memperhatikannya. Sepatu hak tinggi yang dikenakan Renata membuatnya kesulitan menjaga keseimbangan di kereta. Apalagi, Panji dan Renata harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Di akhir pekan, kereta disesaki rombongan keluarga yang ingin berwisata.
Tapi Panji mendapat keuntungan, tiap kali ada guncangan Renata memegang bahunya erat. Mimpi apa ia semalam, bisa berdekatan bidadari menikmati sisi romantis sesak kereta listrik. Sesuai rencana, Panji dan Renata ingin melewatkan liburan akhir pekan di Kota Tua, menyusuri gedung-gedung artistik sambil berfoto ria. Pasti nanti, Renata jadi mirip noni-noni jaman Belanda.
"Ren, kamu tahu nggak kereta yang paling aku benci?" tanya Panji.
"Kereta mogok pastinya," jawab Renata sekenanya.
"Bukan. Kereta-kan hubungan cinta kita," kata Panji sambil tersenyum.
"Ah, Panji bisa saja," kata Renata dengan manja.
Saat Panji asyik melancarkan rayuan, tiba-tiba telepon genggamnya menggetarkan panggilan.
"Siapa sih," tanya Renata sambil melongok layar telepon genggam Panji.
Panji meletakkan telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar Renata diam sejenak. Renata manyun saat Panji berbicara cukup lama.