Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Healthy

BPPT Kembangkan Bahan Baku Antibiotik

7 Juni 2016   11:11 Diperbarui: 7 Juni 2016   11:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, sekitar 95 persen bahan baku obat untuk kebutuhan industri farmasi Indonesia masih diimpor dari China (60%) dan India (30%). Padahal secara teknologi Indonesia sudah siap memproduksi bahan baku obat dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah.

Untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerjasama dengan PT. Kimia Farma Tbk dan Sungwun Pharmacopia (Korea Selatan). Kerjasama ini diharapkan mampu mengakselerasi kemandirian bahan baku obat di Indonesia.

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan kerjasama tripartit ini terkait pengembangan bahan baku obat antibiotik khususnya sefalosporin. “BPPT siap mendorong pengembangan industri antibiotik di Indonesia,” kata Unggul saat penandatangan kerjasama antara BPPT, PT Kimia Farma dan Sungwun Pharmacopia di Gedung II BPPT, Jakarta, pada Senin (6/6/2016)

Menurut laman Wikipedia.org, sefalosporin merupakan kelas antibiotik beta-laktam yang aslinya diturunkan dari fungus Acremonium dan sebelumnya bernama "Cephalosporium". Saat ini Sefalosporin relatif banyak digunakan dibandingkan antibiotik lainnya, karena kemungkinan terjadinya alergi kecil, memiliki sifat meracuni yang rendah dan merupakan antibiotik dengan cakupan luas.

Dalam acara tersebut, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi (TAB) BPPT, Eniya Listiani Dewi mengatakan pasar produk farmasi Indonesia pada 2015 sebesar Rp. 60 triliun dan diproyeksikan meningkat menjadi Rp. 102,05 triliun pada 2020. Peluang yang besar akan kebutuhan produk farmasi tersebut tentunya harus diiringi dengan ketersediaan bahan baku obat yang berkualitas dan mandiri.

“Untuk menangkap peluang pasar yang besar tersebut, harus terus dilakukan inovasi yang memanfaatkan semua sumber daya berbasis kekayaan alam Indonesia yang terintegrasi dari hulu hingga hilir,” ungkap Eniya.

BPPT sebenarnya telah melakukan kajian untuk memproduksi bahan baku obat khususnya antibiotika golongan beta laktam sejak tahun 1990an. Tetapi karena kurangnya dukungan dan tidak ada yang mengawal jadi seolah mati suri.

Namun, BPPT melalui Balai Bioteknologi terus melakukan inovasi untuk menghasilkan teknologi produksi bahan baku obat yang efisien. BPPT juga berupaya menjalin kemitraan dengan semua stakeholder industri kesehatan.

“Sekarang semua sudah melek kesehatan. Kita sangat tergantung pada bahan baku obat sehingga yang sudah ada di BPPT kita angkat lagi dan kita deliver ke Industri. Kerjasama ini merupakan salah satu upaya untuk mempercepat kemampuan BPPT untuk berinovasi,” kata Eniya.

Penasehat Ahli Deputi TAB, Wahono Sumaryono mengatakan sefalosporin dipilih karena kebutuhan pasarnya sangat tinggi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Saat ini produsen utamanya adalah China dan India.

“Kami mengandeng Sungwun karena mereka punya teknologi yang dikembangkan sendiri. BPPT juga punya. Keduanya akan saling tukar informasi mencari mana yang terbaik yang secara biaya sangat kompetitif. Nanti,teknologi dari Sungwun dan BPPT kita evaluasi mana yang terbaik kemudian digunakan untuk produksi bersama,” kata Wahono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun