Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Misteri: Ceceran Darah di Lantai Kereta

10 Desember 2015   23:52 Diperbarui: 11 Desember 2015   10:24 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki dengan wajah dan tangan berlumuran darah mengerang. Tatapannya garang penuh dendam. Darah berceceran di lantai kereta.

Lelaki itu merangsek masuk ke gerbong tiga, saat pintu KRL Commuterline terbuka di Stasiun Gondangdia. Tentu saja penumpang panik dan berteriak histeris. Mereka lari berhamburan ke luar kereta dan gerbong sebelah.

Paijo yang duduk setengah terkantuk ikut panik. Dengan gemetar, ia berlari menghindar. Namun dorongan penumpang membuatnya jatuh bergulingan di lantai kereta. Ketika akan bangkit, sosok misterius itu tinggal sejengkal darinya.

Tangan lelaki itu bergerak cepat hendak menangkap tubuh Paijo. Jantung paijo berdetak kencang. Tubuhnya gemetar tak terkendali. Cairan hangat terasa membasahi celana.

Ia mencoba beringsut ke belakang, namun tubuhnya terasa sangat lemah. Paijo merasa nasib buruk akan menimpanya. Dalam kondisi genting, tiba-tiba...

Buukk!

Pukulan sapu ijuk membuat lelaki misterius itu menoleh ke belakang. Seorang petugas kebersihan bertubuh gempal menatap tajam.

"Kalau mau nakut-nakutin orang, jangan di kereta! Bikin kotor saja." hardik petugas.

Lelaki misterius itu mengaruk-garuk kepala. Tanpa banyak bicara, lelaki itu perlahan bergerak mendekati pintu. Tubuh hilang meninggalkan ceceran darah di lantai kereta.

Petugas kebersihan mengambil alat pel dan membersihkan lantai kereta. Paijo hanya bisa melongo. Ia mencoba bangkit kemudian duduk mengatur nafas. Paijo tak habis pikir dengan peristiwa horor yang baru saja dialaminya.

Di sela-sela kekalutan pikiran, Paijo mendengar gerutuan petugas kebersihan, "Ini juga, sudah tua masih ngompol."

Depok, 10 Agustus 2015
Salam Halah
Setiyo Bardono

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun