Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hotel yang Tak Mengharap Aku Kembali

24 November 2015   15:58 Diperbarui: 24 November 2015   16:18 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Hotel di wilayah Subang, Jawa Barat ini tarif kamarnya berkisar antara Rp. 375.000,- (Standar Room) hingga Rp. 562.500.- (Suite Room). Saat berkesempatan menginap, pagi harinya pelayan mengantarkan sarapan: sepiring nasi uduk, bihun goreng, dan sepotong tempe.

Malam senin (22/11) sekitar pukul 21.00 WIB, saya beserta rombongan menyusuri jalan di wilayah Subang, mencari hotel yang direkomendasikan teman. Setelah bertanya-tanya, lokasi hotel diketemukan ada pinggir jalan raya. Bangunannya mirip ruko, dengan nama hotel berbau Eropa.

Namun begitu masuk, suasana di dalam terasa rapi dan lega. Saat melihat-lihat, kamar hotelnya bagus dan rapi. Masalah biaya tidak saya pikirkan, lha wong bukan saya yang bayar. Tapi lumayan mahal juga bagi ukuran kantong saya. he he.

Saya tahu diri dengan memilih kamar standar saja bersama sopir. Teman lain memilih Suite Room. Fasilitas lain tersedia sesuai brosur: AC, LCD TV, Free Wifi, Kamar Mandi, Sabun, Air Panas dan lain-lain. Tapi sandalnya mana? Saya pun meminta sandal dua pasang pada karyawan hotel. Saat mandi ternyata tak ada odol dan sikat gigi. Halah.

Keesokan harinya, paket nasi uduk itu mendatangi kamar-kamar sebagai jatah sarapan. Saya terkejut dengan sarapan yang disajikan. Bukan mau meremehkan nasi uduk, tapi saya kira dengan tarif kamar senilai itu, manajemen hotel bisa memberi sarapan yang lebih. Inovasi sedikitlah: Nasi uduk tabur daging ayam plus irisan telor dadar, ditambahin buah atau apa gitu. Teman saya berseloroh: Kayaknya ini beli di warung sebelah.

Saya nikmati juga sarapan nasi uduk itu. Sesuai nama hotelnya mungkin beginilah cara penyajian berstandar internasional yang penuh kesederhanaan. Mungkin berasnya diimpor dari eropa. Atau kedelainya di tempe juga kualitas impor. Eh emang kedelai itu kebanyakan impor ya. Atau saya yang kurang piknik hingga tak tahu kalau nasi uduk sudah menjadi menu yang mendunia.

Ketika saya bertanya ke teman yang menginap di kamar yang paling mahal, ternyata sarapannya sama saja. Saya kira lebih spesial. Saya sempat bertanya-tanya, bukankah di kota kecil ada tamu yang mampir merupakan berkah. Jika pelayanannya baik, pasti tamu akan bercerita ke teman-temannya.

Ah, mungkin hotel ini tak mengharap aku kembali.

Sukamandi, 23 November 2015
Salam Halah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun