Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jangan Buang/Kasih Brosur Sembarangan

5 November 2015   10:19 Diperbarui: 5 November 2015   10:19 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Lelaki itu menyodorkan brosur pada setiap penumpang yang melintasi kolong dekat stasiun Cawang. Isinya tentang layanan analisa tubuh dan konsultasi nutrisi. Manfaatnya antara lain untuk menurunkan berat badan, menambah massa otot, menambah daya tahan tubuh, serta menambah stamina dan energi. Brosur ini sangat relevan dan signifikan bagi pengguna Commuterline. Mereka perlu stamina prima dan daya tahan tubuh kuat ketika berdesakan dan berdiri lama di kereta.

Hasil berbicara kata brosur sambil memamerkan beberapa foto orang yang sukses menurunkan berat badan dari 8 hingga 25 kg. Foto sebelum dan sesudah. Foto orang sewaktu gemuk berpose standar, berpakaian biasa dengan raut wajah sendu. Bersanding dengan foto setelah langsing, berpakaian modis, senyum sumringah dan gaya bak model sampul majalah/tabloid gossip.

Namun seperti nasib brosur-brosur lain yang dibagi di tempat umum. Brosur itu nyampah ke mana-mana. Dibuang oleh orang yang menerima. Alasannya pasti bermacam-macam. Tak butuh brosur seperti itu atau isinya menyinggung tubuh dan perasaan (halah). Kalau brosur berhati melankolis, pasti ia akan galau karena nasibnya hanya terbuang sia-sia.

Padahal di brosur tertulis jelas "Jangan Buang Brosur ini, Berikan Kepada Orang Yang Anda Cintai." Nah kalimat bijak ini membuat penerima brosur dirundung dilema.

Kalau brosur ini diberikan pada orang yang dicintai, takutnya justru malah tersinggung. "Bilang saja kalau aku sudah gemuk. Pake ngasih brosur kayak gini." Bisa juga menimbulkan masalah baru, "Emang ayah mau ngasih tambahan uang belanja buat beli makanan dan minuman bernutrisi."

Kaum jomblo pun menjadi nelangsa, "Maafkan aku brosur, orang yang aku cintai belum juga memberi tanda kalau ia membalas cintaku." Dan jadilah brosur itu dilipat-lipat menjadi pesawat terbang, "Bawa terbang cintaku mengarungi angkasa. Kabarkan pada dunia."

Jika brosur ini diberikan pada teman bisa jadi dianggap sebagai kode dan menimbulkan pertanyaan tak terduga "Jadi kamu selama ini mencintai saya? Ternyata perasaan kita sama." Ya kalau teman itu lawan jenis. Lha kalau sejenis. Waduh.

Karena terlanjur menerima brosur ini, saya jadi bimbang: harus dibuang ke tempat sampah atau diberikan pada seseorang.

Salam Halah
Cawang, 5 November 2015

Setiyo Bardono, anggota paguyuban penumpang melankolia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun