"Bagaimana kalau seratus ribu. Kontan."
Hendra mengeluarkan dompet dan mengambil selembar uang seratus ribu. Hendra mengibaskan uang itu.
"Bagaimana Jo. Tawaran baik tidak datang dua kali."
"Banyak uang kamu ndra. Mendingan uangnya buat bayar utangmu yang numpuk di warung Mpok Nurul, Ndra."
"He he. Kok kamu tahu."
"Ya tahu lah. Kemarin Mpok Nurul curhat: Tolong ingetin Hendra buat bayar utang."
"Payah nih Mpok Nurul, pake sewa tukang tagih segala. Jangan kuatir Jo, nanti pasti aku lunasin," kata Hendra sambil garuk-garuk kepala.
"Nah, gitu dong. Beli rokok sebungkus bisa kontan, kok makan malah ngutang,"
"Kok malah ngomongin utang sih. Penginnya sih naik kereta bisa ngutang juga."
"Emang sepure Mbahmu."
"Rooming deh. Kalau aku jadi kamu, kartu itu aku pakai sendiri. Lumayan, saldonya kan banyak. Nggak akan ada yang tahu."