Dalam rangka dies natalis yang ke-16 Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB melaksanakan Seminar Sehari Biofarmaka dengan tema “Standarisasi Hulu Hilir Jamu Produk Biofarmaka”. Kegiatan yang dilaksanakan atas kerjasama dengan Kementerian Koordinator Perekonomian RI ini berlangsung pada tanggal 25 September 2014 di Hotel Salak Heritage Bogor pukul 09.00 s.d 16.00 WIB. Turut hadir dalam acara tersebut Prof. Dr. Latifah K. Darusman MS (Kepala Pusat Studi Biofarmaka), Dr. Ir. Prastowo M.Eng (Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat/LPPM) dan Prof. Dr. Dudung Darusman (Dewan Penasehat PSB). [caption id="attachment_7312" align="aligncenter" width="495" caption="Pemateri Sesi 1 Dr. Irmanida Batubara M.Si (paling kanan), Ir. Siswoyo M.Si, Prof. Dr. Sandra Aziz, MS, dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri M.Si."][/caption] Acara ini dibagi ke dalam dua sesi seminar. Seminar sesi pertama dimoderatori oleh Dr. Irmanida Batubara M.Si dengan pembicara Ir. Siswoyo M.Si (konsep eksplorasi, konservasi sumberdaya biofarmaka), Prof. Dr. Sandra Aziz, MS ( Budidaya bahan baku biofarmaka terstandar), dan Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri M.Si (Aspek Sosial Ekonomi dalam pemanfaatan Biofarmaka). [caption id="attachment_7313" align="aligncenter" width="600" caption="Pembicara 1 Ir. Siswoyo M.Si menjelakan konsep eksplorasi, konservasi sumberdaya biofarmaka), inzet : pembicara lainnya."]
[/caption] Dalam ulasannya Ir. Siswoyo M.Si memaparkan potensi Indonesia sebagai salah satu negara dengan biodiversitas yang sangat tinggi memiliki ± 29.375 jenis tumbuhan dan 2.039 merupakan jenis tumbuhan obat. Disamping itu menurut data dari BKKBN pada tahun 2013 penduduk Indonesia mencapai ± 250 juta yang tersebar dalam ±1.128 etnik yang masing-masing mewarisi ramuan tradisional pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat. Namun keunggulan Indonesia dibenturkan dengan faktor-faktor yang mengancam kelestarian tumbuhan obat yaitu kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, kerusakan habitat hutan, konversi lahan hutan, kurangnya perhatian terhadap pengelolaan dan budidaya serta hilangnya budaya dan pengetahuan tradisional masyarakat karena pengaruh globalisasi. Solusi yang cukup menarik ditawarkan oleh beliau adalah percepatan kedaulatan pangan dan obat masyarakat Indonesia melalui pengembangan kampung konservasi biodiversitas tropika. Pendekatan budidaya bahan baku terstandar disampaikan oleh Prof Dr. Ir Sandra Azis MS yang memberikan wawasan kepada peserta akan pentingnya faktor budidaya terhadap ketersediaan bahan bioaktif dalam biomass tanaman. Teknik budidaya yang disampaikan beliau meliputi perakitan varietas dan klon unggul, pemupukan yang disesuaikan dengan bahan bioaktif yang dihasilkan, jarak tanam, pemberian naungan atau cahaya, sistem irigasi, penanaman pada musim, ketinggian yang bermeda, sistem pemangkasan dan kultur jaringan tanaman. Disampaikan pula hasil penelitian beliau pada tanaman jambu biji dengan ecotype red guava Pejimatan, white guava Solo dan white guava Inogiri. Potret posisi dan daya saing produk herbal Indonesia dalam globalisasi dijabarkan dengan sangat rinci oleh Dr. Ir. Eka Intan K.P M.Si. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia ditandai dengan diterapkannya FTA, AFTA, CAFTA dan AEC tahun 2015, dan hal itu akan berpengaruh terhadap permasalahan jamu nasional. Tantangan yang harus kita hadapi adalah membanjirnya produk impor di dalam negeri yang mengakibatkan defisit neraca perdagangan Indonesia sementara itu produk pertanian khususnya tanaman obat mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kendala yang kita hadapi dalam perdagangan internasional produk jamu diantaranya adalah semakin sulitnya herbal nasional dipasarkan di dalam maupun di luar negeri, pangsa pasar yang semakin menurun, perputaran normal dan terbatas, teknologi yang digunakan masih sederhana dan kualitas sumber daya manusia terbatas. Ditutup dengan penjelasan tentang analisis daya saing Indonesia-dunia, analisis daya saing Indonesia-cina dan analisis daya saing ekspor produk herbal Indonesia membuka wawasan kita bagaimana kesiapan bangsa Indonesia menghadapi globalisasi perdagangan. Acara dilanjutkan dengan Sesi Presentasi Poster Paperless yang dimoderatori oleh Rudi Heryanto S.Si, M.Si dan Drs Edy Djauhari Purwakusumah, masing-masing peserta memaparkan hasil peneitian yang dibagi ke dalam beberapa kelompok peneliti diantaranya kelompok konservasi, budidaya, invitro, teknik/standarisasi produk dan hewan model. [caption id="attachment_7314" align="aligncenter" width="528" caption="Sesi Presentasi Poster dilaksanakan saat peserta makan siang, sehingga diskusi berjalan dengan santai tanpa mengurangi makna kegiatan"]
[/caption] Pada sesi ke dua yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Dra. Ietje Wientarsih, Apt, MSc. Diisi oleh dua pembicara yaitu Dr. Mohamad Rafi (Standarisasi kimia bahan baku dan produk biofarmaka) dan Prof. Drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D (Hewan model sebagai alat uji aktivitas produk biofarmaka). Tercemarnya 59 produk obat tradisional dengan bahan kimia sintesis seperti parasetamol dan fenilbutason disampaikan melalui Siaran Pers Badan Pengawasan Obat dan makanan menjadi latar belakang perlunya standarisasi kimia bahan baku dan produk biofarmaka. Dr. Mohamad Rafi menyampaikan bahwa standarisasi bertujuan untuk keajegan kualitas bahan baku sehingga mengakibatkan keajegan khasiat obat herbal. Beliau memperkenalkan identifikasi, diskriminasi dan autentifikasi pada sampel produk herbal dengan teknik kemometri yaitu melalui analisis senyawa penanda dan analisis senyawa penanda. Materi terakhir disampaikan oleh Prof. Drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D tentang peran hewan model dalam penelitian dan pengembangan produk biofarmaka. Beliau menyampaikan tujuan menggunakan hewan model, gambaran dosis yang digunakan yang efektif secara farmakologis. Penyampaian yang santai dan penuh humor khususnya saat penjelasan animal behavior membuat suasana seminar menjadi lebih hidup. Peserta yang sebelumnya terkantuk-kantung menjadi segar dan mampu mengikuti kembali materi presentasi yang disampaikan. Beliau menyampaikan bahwa dalam memilih hewan model yang baik adalah mudah diakses oleh peneliti, mudah dalam transportasi, mudah diproduksi, tersedia lebih dari satu spesies, keseragaman genetik, dan memahami anatomis, biologis serta mikrofloranya. [caption id="attachment_7315" align="aligncenter" width="462" caption="Materi terakhir disampaikan oleh Prof. Drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D tentang peran hewan model dalam penelitian dan pengembangan produk biofarmaka"]
[/caption] Kegiatan pun diakhiri dengan sesi foto bersama dengan panitia. Semoga seminar ini mampu menginspirasi berbagai stakeholder khususnya masyarakat Indonesia dalam mengembangkan produk jamu, bukan hanya sebagai tamu namun jadi raja di negeri sendiri. Semoga Salam SuksesBelajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya