Mohon tunggu...
Adi Setiadi
Adi Setiadi Mohon Tunggu... -

Dokter Matematika amatir Pencinta puzzle dan sandi Pencinta quotation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Restoran Bu Pejo S.

3 Maret 2016   22:47 Diperbarui: 4 Maret 2016   00:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alkisah di sebuah negara yang tidak boleh disebutkan namanya, terdapat sebuah restoran yang bernama “Restoran Bu Pejo S.”, sebagai pemimpin restoran, Bu Pejo S. mewajibkan pekerja restorannya untuk sarapan pagi di restoran itu sendiri. Namun untuk makan siang dan malam, Bu Pejo S. mewajibkan pekerjanya itu untuk makan di restoran seberang jalan yang lebih besar. Pekerja tidak boleh makan di restoran pilihan sendiri selain di restoran seberang jalan itu.

Alasan Bu Pejo S. itu adalah karena dia tahu bahwa makanan di restorannya hanya layak untuk dimakan pada pagi hari menjelang siang saja. Sedangkan untuk makan siang dan makan malam, makanannya sudah kurang segar.

Namun demikian Bu Pejo S. tidak merasa perlu untuk memperbaiki kualitas makanan sehingga tetap segar untuk makan siang maupun makan malam. Para pekerja pun tidak memiliki insentif untuk melakukan perbaikan yang diperlukan karena mereka sudah merasa nyaman dan enak makan siang dan makan malam di restoran seberang jalan yang lebih nyaman.

Bu Pejo S. juga tahu bahwa restorannya tidak akan rugi karena penguasa wilayah di daerah tempat restoran itu berada telah mewajibkan pabrik disekitar restoran untuk bekerja sama dengan restoran tersebut, sehingga mau tidak mau para pekerja pabrik2 tersebut harus sarapan pagi, makan siang dan makan malam di restorannya, tidak peduli apakah makanannya masih segar atau tidak.

Untuk pekerja pabrik yang shift pagi, mereka tidak merasa dirugikan karena mendapatkan sarapan pagi yang masih segar. Namun untuk pekerja pabrik yang shift siang dan shift malam, mereka terpaksa makan dengan makanan yang kurang segar. Mereka hanya bisa berdoa semoga dengan makan makanan tersebut mereka tidak menjadi sakit.

Berhubung makanan dari restoran diantarkan ke pabrik menggunakan jasa pengantar dari luar, maka pengantar itulah yang kadang menjadi sasaran dari kekecawaan pekerja pabrik. Ketika mengantar makan siang dan malam ke pabrik, pengantar tersebut seringkali mendapatkan caci maki dari pekerja pabrik, mulai dari makanan yang tidak segar, porsi yang kurang, nasi yang tidak pulen, tidak ada sambalnya, dsb. Bahkan pengantar tersebut juga diancam dilaporkan ke polisi karena dituduh korupsi akibat dianggap mengurangi porsi makan menjadi lebih sedikit, padahal memang dari restoran tersebut sudah sedikit porsinya. Belum lagi kalau terjadi keracunan makanan atau sakit perut, maka yang paling awal disalahkan adalah pengantar makanan tersebut.

Itulah sebabnya para pekerja pabrik dan pengantar makanan itu seringkali bercanda dengan menebak2 apa nama lengkap dari Bu Pujo S., apakah S nya itu artinya Sosial, Sehat, Sakit, Sembelit, Susah, Sedikit atau Sengsara.

 

NB: Cerita ini tidak berhubungan dengan perusahaan asuransi negara tertentu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun