Semesta memperlihatkan galaunya
Mendung yang tak kunjung panas
Panas yang tak kunjung mendung
Musim yang sangat dinanti oleh pak tani
Pekerja yang bersiap berangkat pagi
Menjemput rejeki
Dengan susah payah dan butuh kesabaran dalam hati
Mendapat rejeki  yang halalan dan thayyiban
Pendidik dengan pakaian dinas dan sepatu mengkilapnya
Mengendarai kuda besinya
Sampai tujuan disambut canda tawa
Oleh handai taulan dan rekan kerja
Arsitektur menyiapkan gambar bangunannya
Untuk dijadikan dagangannya
Promosi di setiap jamnya
Laku menjadi tujuannya
Pak sopir berangkat dengan giatnya
Menjemput penumpang yang sedang menunggunya
Di setiap halte dan jalanan hilir mudik sampai sebrang sana
Menafkahi anak istri adalah tujuannya
Mas-mas dan mbak-mbak yang lagi mencari kerja
Ijazah dijadikan sebagai tolok ukur untuk melamar kerja
Lantas bagaimana dengan yang tak punya ijazah?
Apakah dibiarkan begitu saja?
Pelajar bersiap-siap membuka handphonenya
Untuk mendapatkan tugas dari gurunya
Setiap hari aktivitas itu-itu saja
Apakah pelajar bosan?
Semua dipesan serba online
Mulai makanan, minuman, perbukuan, pakaian, seminar, bahkan pembelajaran
Sampai lupa di sampingnya ada orang
Apakah ini yang dinamakan kemajuan?
Salam literasi
Blitar, 19 Oktober 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI