Just Because It's on the Internet Doesn't Mean It’s True

“Hanya karena ada di Internet, bukan berarti informasi tersebut adalah benar” kira-kira begitulah terjemahan dari ungkapan yang diajarkan guru SD anak-anak saya di Stockholm, Swedia beberapa tahun lalu. Anak-anak yang masih usia belia di negara2 maju memang tidak dijejali dengan pelajaran tingkat tinggi dan penuh hafalan, mereka diberikan dasar-dasar norma dan kemasyarakatan. Pesan guru tersebut sangat melekat saat ini ke anak-anak saya yang banyak belajar via Internet untuk bisa mensortir berita yang ada dan mendiskusikan dengan kami, orangtuanya.

Pada era euphoria demokrasi serta boomingnya social media di Indonesia saat ini, sepertinya pesan tersebut belum sepenuhnya dipahami baik oleh masyarakat awam, akademisi, maupun rekan di media dan juga para politikus.

Begitu banyak pertengkaran atau perdebatan yang pada awalnya karena adanya informasi (spt gambar editan, berita hoax) yang beredar melalui media,  dan media social. Jangankan masyarakat, media pun sepertinya cendering tidak ada melakukan pengecekan dan konfirmasi mengenai hal terebut. Mungkin karena mengejar deadline.  Akibatnya tidak sedikit yang mengalami kerugian, yang bagi pembuat hoax memang diinginkan.

Saat ini kita harus sudah makin cerdas dalam menerima suatu informasi, jangan langsung disebarkan ataupun komentar sebelum jelas duduk persoalan, sumber berita serta keautentikan info atau gambar tersebut.

Photo bisa di edit, fakta bisa direkayasa, begitu pula data, dapat  dengan mudahnya dimanipulasi. Jadilah masyarakat yang lebih cerdas dan kritis saat ini.

Kalau boleh meminjam kata Cak Lontong…, kita harus MIKIR!!! terlebih dahulu sebelum menyebarkan berita belum jelas kebenarannya yang bisa jadi adalah fitnah.

Untuk para orang tua serta pendidik mulailah anak2 kita diberi pengertian hal-hal seperti ini sehingga anak2 kita tidak tercemari oleh berita2 sampah.

Just Because It's on the Internet Doesn't Mean It’s True!!!!