Mohon tunggu...
Dody Setiabudi
Dody Setiabudi Mohon Tunggu... -

Seseorang yang sedang belajar untuk bisa mengungkapkan apa yang ada dalam hati & pikirannya dalam bentuk tulisan.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahkan Kita Pun Serupa dengan Mereka.....

11 Januari 2010   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernah dibaca dalam buku-buku literatur, mengenai percobaan-percobaan yang dilakukan melalui binatang percobaan untuk dilihat dari segi teori perilaku organisasi. Sebagai contoh, bagaimana perilaku seekor anjing merespon bunyi-bunyian yang dikaitkan dengan datangnya makanan untuk anjing tersebut. Pada mulanya, anjing tersebut diberi makanan dengan dibunyikan terlebih dahulu bel sebelum disajikan makanannya. Demikian dilakukan terus menerus terhadap anjing tersebut. Sehingga bila anjing tersebut mendengar bel dibunyikan, air liurnya akan menetes karena dia tahu sesaat lagi makanan akan datang. Bahkan pada saat hanya dibunyikan saja bel tersebut, air liurnya menetes. Itulah contoh percobaan yang dapat diterapkan kepada manusia sebagai tujuan penelitian tersebut. Inti dari percobaan tersebut adalah, manusia sebenarnya dapat dibentuk perilakunya apabila pada diri manusia diberikan stimulus terus menerus dari luar sehingga terjadi internalisasi stimulus tersebut yang semula merupakan stimulus dari luar menjadi stimulus dari dalam manusia itu sendiri. Akhirnya manusia tersebut akan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dari tujuan pemberian stimulus dari luar tersebut.

Selain hal tersebut diatas, Ingin disampaikan dalam tulisan ini yaitu penelitian percobaan yang dilakukan terhadap beberapa monyet untuk melihat bagaimana respon mereka terhadap perubahan sistem yang ada disekitar mereka. Pada mulanya disiapkan sebuah ruangan terbuka dimana didalamnya hanya ada sebuah tiang setinggi +/- 2m yang pada tiang ujungnya diberikan sesisir pisang. Lalu kedalam ruangan tersebut dimasukan seekor monyet (monyet A) dan dilihat bagaimana reaksi monyet tersebut terhadap pisang yang ada ditiang tersebut. Monyet tersebut, tanpa ada rasa ragu, dia langsung menaiki tiang tersebut kemudian meraih dan memakan pisang tersebut. Demikian seterusnya untuk beberapa waktu sehingga menjadi hal yang biasa dilakukan oleh monyet A tersebut. Kemudian selanjutnya, pada tiang percobaan tersebut dilumuri minyak gemuk/oli sehingga tiangnya menjadi licin. Apa yang terjadi dengan monyet tersebut? Karena pengalamannya mengajarkan bahwa diujung tiang tersebut ada makanan, maka Monyet A tersebut berusaha menaiki tiang tersebut. Akan tetapi karena tiang tersebut licin, maka monyet A tersebut selalu jatuh dan jatuh lagi dan tidak dapat meraih makanan diujung tiang tersebut sekalipun. Akhirnya setelah beberapa waktu, monyet A tersebut ternyata menjadi apatis dan tidak mau menaiki tiang tersebut lagi, karena dia tahu tiang tersebut licin dan pasti dia akan jatuh dan jatuh terus. Kemudian oleh tim penguji, tiang tersebut digantikan dengan tiang baru yang bersih dari minyak gemuk/oli dan dilihat bagaimana reaksi monyet A terhadap tiang tersebut. Ternyata monyet A tetap tidak bergeming dan hanya diam saja walaupun tiang itu sebenarnya tidak sudah mengandung minyak gemuk/oli lagi. Monyet tersebut belajar dari pengalamannya bahwa menaiki tiang tersebut adalah sia-sia karena akan membuat dirinya jatuh dan jatuh lagi.

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan dimasukkan monyet B kedalam ruangan yang sama dengan monyet A. Karena monyet B tidak memiliki pengalaman jatuh dan jatuh dari tiang, maka begitu dia melihat ada makanan di ujung tiang, monyet B berusaha untuk naik ke atas tiang tersebut. Akan tetapi uniknya adalah, pada saat monyet B berusaha naik ke tiang, ternyata monyet A menarik kaki monyet B sehingga setiap kali monyet B naik selalu jatuh. Demikian seterusnya monyet A selalu menarik kaki monyet B setiap kali monyet B berusaha naik keatas tiang tersebut. Setelah sekian waktu, ternyata monyet B pun menjadi apatis seperti monyet A dan tidak mau naik keatas tiang lagi, walaupun sebenarnya tiang tersebut adalah tidak mengandung minyak gemuk/oli karena dia tahu bahwa setiap kali dia berusaha naik keatas tiang, akan ada yang menarik kakinya. Pada percobaan berikutnya, oleh tim peneliti, monyet A di tarik keluar dari ruangan tersebut dan kemudian dimasukkanlah monyet C menggantikan monyet A. Sama seperti awal monyet B dimasukkan kedalam ruangan, monyet C pun begitu melihat adanya makanan ditiang, maka dia berusaha naik keatas tiang tersebut. Namun apa yang terjadi? Ternyata kaki monyet C di tarik oleh monyet B sehingga setiap kali monyet C berusaha naik keatas tiang, monyet C selalu jatuh dan jatuh. Demikian seterusnya sampai akhirnya monyet C pun sama menjadi pasif seperti monyet B.

Pada percobaan terakhir, kedua monyet yaitu monyet B dan monyet C ditarik keluar dan dimasukkanlah monyet D. Seperti monyet-monyet yang terdahulu (A,B,C), karena tidak ada pengalaman yang menghambat dirinya, monyet D begitu melihat tiang dan ada makanan diujungnya, dia langsung naik keatas tiang dan mengambil buah pisang yang ada diujung tiang tersebut.
Lalu apa yang dapat dipetik dari percobaan tersebut diatas, dikaitkan dengan teori perilaku organisasi? Percobaan yang dilakukan tersebut diatas, sebenarnya merupakan gambaran dari semangat kerja kita untuk meraih kesuksesan dari karir kita didunia kerja. Percobaan monyet A naik keatas tiang meraih pisang diatasnya adalah gambaran bagaimana kita melihat adanya kesuksesan atau keberhasilan karir dari usaha kita bekerja (naik ke atas tiang) dan menikmati posisi karir yang kita impikan (menikmati pisang diujung tiang). Lalu apa yang terjadi, apabila sistem jenjang karir yang dibuat adalah tidak mendorong orang mencapai impian karirnya (dalam percobaan dicontohkan dengan adanya minyak gemuk/oli ditiang yang dipanjat monyet). Akibatnya setiap kali orang berusaha untuk meningkatkan karirnya, setiap kali itu pula orang tersebut akan gagal dan akhirnya membuat orang tersebut akan menjadi apatis. Hal itu yang terjadi pada karyawan yang ada diperusahaan (dalam hal ini kita sebut saja karyawan A). Walaupun kemudian manajemen merubah dan memperbaiki sistem jenjang karir diperusahaannya (digambarkan dengan mengganti tiang yang berlumuran minyak gemuk/oli dengan tiang baru), ternyata karyawan A yang ada didalamnya telah terburu menjadi apatis dan tidak mau menjadi bagian dari perubahan sistem yang telah diperbaiki manajemen. Karyawan A akan menjadi karyawan apatis dan memandang bahwa perubahan yang dilakukan Manajemen atas jenjang karir (dipasang tiang baru) tidak akan berpengaruh terhadap kemajuan karirnya.

Bahkan pada saat adanya karyawan baru, kita sebut saja karyawan B (yang mana dalam percobaan dipersonifikasikan dengan monyet B), karyawan B tersebut pada mulanya akan semangat untuk meraih karir yang diimpikannya. Dan seperti dalam percobaan yang dilakukan, ternyata karyawan lama yaitu karyawan A (personifikasi dari monyet A) akan selalu berusaha meruntuhkan semangat karyawan baru (karyawan B) dengan mengatakan sistem perusahaan tidak akan dan tidak pernah mendukung karir seseorang untuk maju. Kan selalu diinformasikan kepada karyawan B bahwa berdasarkan pengalaman karyawan A, setiap usaha mencapai karir yang diharapkan selalu gagal dan gagal (walaupun sebenarnya sistem jenjang karirnya telah dibenahi dan diperbaharui). Tindakan karyawan A ini akan persis seperti monyet A yang selalu menarik kaki monyet B setiap kali monyet B akan mencoba naik ke atas tiang. Walaupun sebenarnya tiang tersebut telah diganti atau dengan kata lain sistem jenjang karirnya telah diganti dan diperbaiki dengan yang benar oleh Manajemen, karyawan B yang merupakan karyawan baru juga pada akhirnya akan terpengaruh dan kemudian menjadi apatis seperti halnya karyawan lama (karyawan A).

Kemudian, katakanlah, apabila Manajemen memberhentikan karyawan lama (karyawan A) dan merekrut karyawan yang lebih baru (karyawan C) (yang mana dalam percobaan dipersonifikasi dengan monyet C), apa yang terjadi? Ternyata karyawan B akan melakukan hal yang sama seperti tindakan karyawan A yang mengalami ketidakpuasan dari sistem lama yang menjegal karir karyawan A, walaupun sebenarnya sistemnya telah menjadi sistem baru dan karyawan B tidak pernah mengalami pengalaman seperti karyawan A dengan sistem lama. Karyawan B tersebut akan mempengaruhi karyawan C untuk tidak mempercayai sistem baru yang dapat menunjang karir mereka dan menyatakan bahwa sistem tersebut adalah sia-sia. Akibatnya karyawan B dan karyawan C kemudian akan menjadi apatis seperti halnya karyawan A.

Jadi kadang-kadang sebuah tindakan merubah sistem ternyata tidak dapat berjalan karena didalam organisasi tersebut telah ada "value" salah yang hidup, dan ini tidak disadari oleh Manajemen. Manejemen hanya sibuk mengotak atik perubahan sistem tanpa melihat adanya value yang salah yang telah berkembang didalam perusahaan, yang justru fatal terhadap sistem baru yang coba diterapkan dalam perusahaan. Demikian hal seperti itu tercermin dalam percobaan yang dilakukan terhadap monyet-monyet (A,B,C & D) oleh tim peneliti. Oleh sebab itu, yang harus disadari oleh Manajemen dalam merubah sesuatu sistem, janganlah terpaku kepada sistem yang akan diterapkan saja, akan tetapi juga harus melihat secara keseluruhan termasuk budaya perusahaan yang ada didalam perusahaan tersebut.

Lalu bagaimana, melihat budaya perusahaan sebagai suatu sistem yang terintegrasi dengan sistem operasional teknis yang diterapkan oleh Manajemen? Bagaimana caranya agar budaya perusahaan yang salah dapat digantikan oleh budaya perusahaan yang baru yang dapat mendorong kearah yang diharapkan oleh Manajemen? Kedua poin tersebut membutuhkan catatan tersendiri dan saya rasa, kita akan bahas hal tersebut dalam catatan saya berikutnya saja.

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun