Mohon tunggu...
Motivator Muda
Motivator Muda Mohon Tunggu... -

Motivator untuk berbagai hal. Menulis tentang filsafat dan sosial budaya. Membaca banyak buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bercumbu Bersama Setan

29 Agustus 2011   00:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:23 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi semuanya.

Kenapa pagi-pagi saya sudah mengajak anda bercumbu dengan setan?

Bukankah bangun pagi seharusnya anda menyiapkan diri untuk kerja?

Memang benar. Tapi hari ini hari libur, jadi saya akan sedikit lancang!

Kelancangan saya hanya sebatas menyuntik vitamin ke pendosa bumi.

Lalu anda bertanya kenapa harus diajak bercumbu dengan setan?

Maaf, anda keliru membahasakan. Lihat ulang judul saya.

Bercumbu bersama setan bukanlah bercumbu dengan setan.

Keduanya kalimat itu berbeda. Secara filosofis maupun historis.

Terus apa artinya?

Artinya bersama-sama pimpinan para setankita menikmati nikmatnya pemberian setan. Berpeluk-pelukan dengan setan manis penuh daya tarik.

Bukankah setan menyediakan kenikmatan tiada tara?

Dan kita diajak bercumbu rasa nikmat itu secara kolektif.

Bersama-sama dalam dekapan nikmat setan.

Tawaran ini batal, kalau anda hanya memilih bercumbu bersama nikmatnya Tuhan selain setan.

Sebab tidak boleh anda lancang memilih dua-duanya sekaligus.

Kalau anda memilih nikmatNya lalu juga anda memilih nikmat setan. Saya sebagai setan akan tersinggung. Itu namanya anda munafik.

Saya memang suka orang-orang munafik. Itu juga salah satu pekerjaan besar saya. Merekrut sebanyak mungkin orang munafik. Menyesatkan sebanyak mungkin pendosa bumi.  Tapi belum tentu Tuhan yang kalian sembah menyukainya.

Maka bertobatlah. Pilih salah satu di antara kami.

Jangankan saya penguasa neraka dan Tuhan penguasa sorga yang pantang diduakan. Istri kalian saja pasti pantang diduakan. Tidak percaya? Tanya sendiri.

Suaraku tercekik meronta

Tenggorokan kering dan dahaga

Lingkungan ganas gersang

Pikiran galau gamang

Muncul pertanyaan di dalam batin ini, kenapa aku diduakan?

Jawabannya ada di hati kalian. Masihkah kalian mencintai dan mau bercumbu dengan setan jahanam seperti aku ini? Atau kalian akan memilih meninggalkanku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun