Mohon tunggu...
setan berpikir
setan berpikir Mohon Tunggu... -

Pernah selamat dari tenggelam di Pantai Kuta, Bali karena sebuah buku bekas seharga lima ribu rupiah yang dibeli di Pasar Blauran, Surabaya...dan buku itu bukan tentang berenang. Itu sebabnya aku yakin hidup ini pada dasarnya adalah menyambungkan titik-titik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dokter Spesialis Syaraf, Saya, Cita Citata, dan Ramzi

4 Juni 2015   19:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhirnya tadi siang jadi juga saya bertemu dengan Dokter Spesialis Syaraf. Saya diminta menceritakan riwayat keluhan.

Saya bilang bulan lalu datang ke Dokter Spesialis Paru karena nafas saya kalau ditarik tinggal separuh dan ada nyeri yang menembus dada sebelah kiri hingga ke punggung dan menjalar ke bahu kemudian turun ke lengan. Beliau menyuruh saya rontgen. Oleh Dokter Spesialis Paru saya diminta menunggu bacaan Dokter Spesialis Radiologi terhadap hasil rontgen itu, seminggu. Oleh Dokter Spesialis Radiologi rontgen itu rupanya dibacanya tanpa perlu kehadiran saya, jadi saya menyerahkan lembaran seluloid paru saya dan bacaannya ke Spesialis Paru begitu saja.

Oleh Dokter Spesialis Paru disimpulkan bahwa paru-paru saya bagus, jantung juga tidak ada masalah, jadi saya hanya diberi dua macam obat. Obat-obat ini kemudian saya tanyakan kepada Dokter Spesialis Google apa gunanya. Oleh Dokter Spesialis Google disebutkan bahwa obat-obat ini adalah obat untuk menghilangkan nyeri di dada. Obat itu saya habiskan seminggu.

Karena nyeri itu masih terasa juga, akhirnya saya datang ke Dokter Spesialis Puskesmas untuk meminta rujukan kemana lagi saya oh harus mengadu. Oleh Dokter Spesialis Puskesmas, karena diagnosa saya masih nihil, saya diberi obat nyeri dan vitamin, lihat dulu hasilnya lima hari lagi, baru saya kasi rujukan, katanya begitu ramah. Lima hari kemudian saya datang ke Puskesmas dan langsung diberitahu agar saya mengadu ke Dokter Spesialis Syaraf saja. Diagnosanya: Neuralgia and Neuritics Unspecified. "Jadi, inilah saya sekarang hadir di Poli Syaraf", tutup saya.

Setelah mendengar otobiografi keluhan saya, Dokter Spesialis Syaraf kemudian bertanya dengan ramah, "Oke, sakitnya di sebelah mana?" Wuih, kesempatan ini, pikir saya. Jadi sambil menunjuk dada kiri, punggung kiri, dan seluruh tangan kiri saya sampai ke jari, menjawab: "Sakitnya tu di sini, di sini, di siniiiii...."

Setelah beliau menggerakkan tangan saya ke sana ke sini dan bertanya bagaimana rasanya kemudian saya diberi resep. Obatnya oh ternyata sama dengan yang diberikan oleh Dokter Spesialis Paru. Mudah-mudahan beliau memberi obat seperti itu bukan karena kesal karena siang-siang saya ajak menyanyi duet: saya jadi Cita Citata, beliau jadi Ramzi-nya. Alhamdulillah juga beliau tidak bilang, "Kalau sakit berlanjut, saya kasi rujukan ke Dokter Spesialis Jiwa, yaa..."

catatan:
Dokter Spesialis Puskesmas adalah dokter umum yang khusus menangani pasien di Puskesmas. Sementara Dokter Spesialis Google sering juga dipanggil Mbah Google.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun