Nampaknya secara umum ada dua analisis konspiratif tentang foto salah seorang pelaku "Bom Sarinah" yang bertopi dan memegang pistol. Yang pertama mengatakan bahwa dari gayanya di foto itu, pelaku ini seorang amatiran, banyak kesalahan dalam cara memegang pistol, dsbnya. Yang kedua justru sebaliknya, mengatakan bahwa pelaku bukan amatiran, dari cara berdiri dan berjalannya, dsbnya. Anehnya, kesimpulannya kedua analisis kurang lebih sama: peristiwa ini bukan seperti kelihatannya. Ini semua hanyalah sekadar drama yang dibuat seolah-olah nyata.
Mengandalkan analisis kemudian mengambil kesimpulan hanya dengan menggunakan "candid photo" seperti itu mengingatkan saya pada sebuah cerita dari seorang jurnalis. Katanya ketika seorang Miss Universe datang ke Indonesia, para jurnalis dilarang mengambil foto sang Miss ketika sedang makan. Alasannya perempuan secantik apapun akan terlihat jelek kalau difoto sedang mengangakan mulutnya. Narasinya sebagai Miss Universe akan runtuh dan menjadi sulit dipercaya ketika fotonya dengan mulut sedang menganga itu muncul di media.
Begitu juga nampaknya dengan "Bom Sarinah" kemarin. Gara-gara salah seorang pelaku "salah berpose" ketika berdiri memegang pistol, maka seluruh peristiwa ini berubah dari peristiwa teror menjadi acara syuting film. Yang menakjubkan adalah analisis seperti ini disebarkan beratus kali di sosial media. Yang mengaku paling Islami sekaligus paling Kafir nampaknya berlomba-lomba membagikannya. Akhirul kalam, untuk semua ini saya hanya bisa mengatakan: kamvrettt!!!
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H