Mohon tunggu...
setan berpikir
setan berpikir Mohon Tunggu... -

Pernah selamat dari tenggelam di Pantai Kuta, Bali karena sebuah buku bekas seharga lima ribu rupiah yang dibeli di Pasar Blauran, Surabaya...dan buku itu bukan tentang berenang. Itu sebabnya aku yakin hidup ini pada dasarnya adalah menyambungkan titik-titik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Foto Pelaku Bom Sarinah dan Analisis Kamvrettt

17 Januari 2016   20:31 Diperbarui: 18 Januari 2016   02:23 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nampaknya secara umum ada dua analisis konspiratif tentang foto salah seorang pelaku "Bom Sarinah" yang bertopi dan memegang pistol. Yang pertama mengatakan bahwa dari gayanya di foto itu, pelaku ini seorang amatiran, banyak kesalahan dalam cara memegang pistol, dsbnya. Yang kedua justru sebaliknya, mengatakan bahwa pelaku bukan amatiran, dari cara berdiri dan berjalannya, dsbnya. Anehnya, kesimpulannya kedua analisis kurang lebih sama: peristiwa ini bukan seperti kelihatannya. Ini semua hanyalah sekadar drama yang dibuat seolah-olah nyata.

Mengandalkan analisis kemudian mengambil kesimpulan hanya dengan menggunakan "candid photo" seperti itu mengingatkan saya pada sebuah cerita dari seorang jurnalis. Katanya ketika seorang Miss Universe datang ke Indonesia, para jurnalis dilarang mengambil foto sang Miss ketika sedang makan. Alasannya perempuan secantik apapun akan terlihat jelek kalau difoto sedang mengangakan mulutnya. Narasinya sebagai Miss Universe akan runtuh dan menjadi sulit dipercaya ketika fotonya dengan mulut sedang menganga itu muncul di media.

Begitu juga nampaknya dengan "Bom Sarinah" kemarin. Gara-gara salah seorang pelaku "salah berpose" ketika berdiri memegang pistol, maka seluruh peristiwa ini berubah dari peristiwa teror menjadi acara syuting film. Yang menakjubkan adalah analisis seperti ini disebarkan beratus kali di sosial media. Yang mengaku paling Islami sekaligus paling Kafir nampaknya berlomba-lomba membagikannya. Akhirul kalam, untuk semua ini saya hanya bisa mengatakan: kamvrettt!!!

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun