Kalau tidak bijak dalam mengelola keuangan, kaum muda urban yang baru ini gampang terbawa arus gaya hidup hedonis dan konsumeris.
Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota besar lainnya kini harus menampung banyak kaum muda yang baru datang dari desa untuk mengadu nasib dengan mencari pekerjaan yang baru. Bukan rahasia lagi: begitu Lebaran usai, urbanisasi meningkat drastis.
Banyak anak muda dari desa masuk kota dan berharap dapat mendapatkan pekerjaan, tak terkecuali yang belum berpengalaman mengharapkan pekerjaan yang diidam-idamkan.
Semua tentu mendambakan pekerjaan agar memiliki pendapatan agar bisa hidup. Tak sekadar hidup, tetapi juga memiliki simpanan uang. Ingat pesan bijak orang tua: pandai-pandailah mengatur uang!
Nah, sebagai pendatang baru di kota, tentu akan bijak jika sedikit memiliki pengetahuan tentang pengelolaan keuangan. Dengan pengetahuan ini orang-orang desa tidak gampang bokek.
Masalahnya kalau tidak bijak dalam mengelola keuangan, kaum muda urban yang baru ini gampang terbawa arus gaya hidup hedonis dan konsumeris. Seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, gaya hidup hedonis dan konsumeris menjadi tantangan tersendiri bagi kaum muda urban yang baru datang dari desa ini.
Kalau gagal paham, kota lantas identik dengan tempat menghambur-hamburkan uang karena segalanya ada. Di kota ada pusat perbelanjaan, restoran, caf, tempat karaoke hingga club-club malam yang menyuguhkan kesenangan. Bukannya pelit, berikut ini 5 tips irit untuk kaum muda urban yang baru datang dari kota agar tidak gampang bokek:
1. Tahu Kebutuhan Hidup Secara Tepat
Mengetahui kebutuhan hidup itu gampang-gampang susah. Banyak yang terjebak untuk tidak membedakan antara keinginan dan kebutuhan. So, pintar-pintarlah mengendalikan diri untuk buru-buru membeli sesuatu. Bedakan antara dorongan keinginan semata atau memang benar-benar kebutuhan. Prinsipnya jangan gampang lapar mata begitu melihat diskon.
2. Tidak Bergantung pada Kartu Kredit
Punya kartu kredit boleh-boleh saja. Namun, jangan memiliki anggapan bahwa kartu kredit itu semacam uang tambahan yang bisa digunakan semaunya. Kalau kita menggunakan kartu kredit untuk membiayai pengeluaran yang tidak perlu, biaya yang kita keluarkan bakal lebih besar dari batas kemampuan untuk membayar. Jangan sampai deh besar pasak daripada tiang. Â So, cermat lah untuk menggunakan kartu kredit untuk pembayaran dan pembelian.