DEMAM BERDARAH DENGUE: PERAN KESEHATAN MASYARAKATÂ DALAM PENCEGAHANÂ
SESHA CINDY INDRIYANA/191241034Â
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATÂ
UNIVERSITAS AIRLANGGAÂ
      Penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks dan berisiko tinggi. Infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti adalah penyebab dari penyakit ini. Ada empat serotipe virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.      Â
       Penyebarannya yang luas menyulitkan pengawasan dan intervensi epidemiologi yang efektif. Beberapa gejala DBD termasuk demam tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri tulang, dan nyeri perut, mual dan muntah, pembengkakan kelenjar, dan ruam kulit yang merah. Gejalanya sering mirip dengan gejala penyakit lain. Hal ini sangat penting dan sulit untuk membuat diagnosis yang akurat. Ada tanda-tanda bahaya seperti nyeri tekan pada abdomen, akumulasi cairan klinis (efusi pleura, asites), muntah yang tidak berhenti, pendarahan mukosa,  gelisah, dan pembesaran hati yang lebih dari 2 cm, dan hasil laboratorium: peningkatan HCT bersamaan dengan penurunan cepat jumlah trombosit.Â
        Pemerintah dan masyarakat Indonesia saat ini tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan pencegahan yang efektif karena kekurangan infrastruktur kesehatan dan kampanye kesadaran yang tepat sasaran.Â
        Pengetahuan mendalam tentang DBD sangat penting karena masyarakat harus tahu penyebab penyakit ini dan cara pencegahannya. Pengetahuan ini dapat membantu masyarakat meningkatkan kesadaran mereka dan menghindari gigitan nyamuk. Â
        Tenaga kesehatan dapat melakukan sosialisasi, dan penyuluhan yang efektif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang bahaya DBD. Kegiatan sosialisasi dapat lebih efektif dengan melibatkan tokoh masyarakat dan menggunakan metode motivasi. Selain itu, derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan melalui pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Masyarakat juga dapat terlibat dalam pencegahan DBD dengan menggunakan kelompok tenaga kesehatan untuk mendampingi dan belajar mengenai bahaya DBD. Â
       Selain itu, masyarakat juga dapat diminta untuk berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan dengan memberantas tempat persembunyian nyamuk, dengan menguras tempat penampungan air, menutup wadah penampungan air, mengubur barang-barang bekas, menjaga kebersihan rumah, menggunakan lotion atau obat nyamuk, melakukan penyemprotan nyamuk atau fogging, menggunakan kelambu saat tidur, dan menggunakan kawat nyamuk pada ventilasi rumah, dan memakai pakaian tertutup serta pakaian berwarna terang. Untuk mencegah infeksi virus dengue, pada anak-anak berusia 9--16 tahun dapat dilakukan vaksinasi dengue. Â
        Untuk mengetahui seberapa efektif pencegahan, tenaga kesehatan juga harus mengawasi dan mengevaluasi secara teratur. Kegiatan pencegahan dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan kerja sama tim untuk monitoring dan evaluasi.Â