Merenungkan dia? Apakah masih jaman?
Memikirkan dia yang telah hilang, apakah masih jaman?
Menanti dia yang bermulut dusta, apakah masih jaman?
Mengagumkan dia yang egois, apakah masih jaman?
Sakit hati menunggu bertahun – tahun
Berusaha dengan niat, tak kunjung di respon baik
Sabar melintas, aku masih tetap nekad
Tapi, balasanmu apa? Pedih, kecewa, ironis
Pelipis kepalaku seolah retak
Nadi ditanganku seolah tersayat
Perut ku terasa seolah terlilit
Kakiku seolah lumpuh tak berdaya
Cukup aku terbang mendengar kata manismu
Cukup aku hanyut mendengar janjimu
Cukup aku melayang mendengar puisimu
Cukup aku terhempas mendengar pedasnya kata dari mulutmu
Aku akan pergi, pergi sejauh mungkin
Tidak akan berpijak di kehidupanmu
Tidak akan menganggu indahnya hidupmu
Tidak akan hadir dalam pikiranmu
Tetap aku ingat semua kenangan pahit ini
Memoriku akan terus mengingatmu
Terimakasih, aku cukup tersabuk disini
Terimakasih, aku cukup tercambuk disini
Terimakasih, aku cukup bahagia dengan semuanya
Walau kamu seorang “Pemberi Cinta Palsu”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H