Warna putih menyelimuti awan
Warna biru menyelimuti lautan
Warna hijau menyelimuti pepohonan
Warna kuning menyelimuti matahari
Lalu, warna apakah yang menyelimuti hidupku? Hitam? Abu – abu?
Pikiran terhenti sesaat
Abu – abu perasaan kian menerpa
Keadaan bingung datang bergantian
Suasana hampa menyerang sesukanya
Ada apa ini?
Raut kusam tergambar di wajahku
Kusut rambutku mencari sumber kesejukan
Kuku tajam, ku potong dan ku rapikan
Tangan lesu tak mampu menggapai apapun
Apa sebenarnya yang aku rasakan?
Roda hidup memang berputar
Garis takdir juga telah di tulis
Impian memang terjadi di lain waktu
Tapi, mengapa hatiku masih teriris?
Sudikah mereka menerimaku?
Sudikah mereka menyambutku?
Sudikah mereka membantuku?
Sudikah mereka memahamiku?
Inilah aku
Manusia yang mengharapkan simpati
Dengan wajah lesuku
Aku mencari arti hidup, dan sumber nasi di kota besar
Aku punya banyak potensi, tapi aku terlambat
Aku sudah menyia – yiakan masa laluku dengan kefoyaan
Dulu, aku masih sangat kuat
Sekarang aku hanya bisa duduk
Duduk sambil membawa kaleng kecil yang berkarat
Berharap semua mengerti maksudku
Berharap ada seseorang yang dapat mengulang waktuku
Hingga aku tidak seperti ini,
Menjadi pengemis kota dengan kaki teramputasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H