Matahari mulai terbenam dan aku berhenti tersenyum, senyum yang kuhias di wajahku sepanjang hari. Aku ingin meyakinkan bahwa tersenyum merupakan hal pertama yang kulakukan pada pagi hari esok. Sebab besok merupakan hari special bagiku, dimana aku ingin dia melihatku dalam keadaan yang terbaik.
Aku telah mengerjakan pekerjaan rutin, mengajar, makan malam, membersihkan rumah, menulis___semua hal-hal yang memang biasa kulakukan.
Dan, aku berbaring dan berharap segera tertidur secepatnya, jadi hari baruku akan segera datang. Hari baru dengan matahari yang baru.
Tetapi, ketika aku berbaring di sana dan menunggu dunia berputar setengah putaran, aku memikirkannya. Kadang aku tersenyum, dan kadang senyumku menjadi tawa kecil, dan sering kali tawa kecil menjadi tawa yang terbahak-bahak. Kadang aku berdahak dan ada rasa tertekan di dada, kadang perasaan sedih meliputiku dan membuatku menitikkan air mata, dan kadang air mata menetes dengan deras, aku tidak dapat melawan perasaanku dan aku kalah.
Kadang entah bagainama, melalui kebahagiaan atau kesedihan aku terhanyut, kemudian tertidur. Kemudian, mimpi-mimpi dimulai dan menghanyutkanku sampai tibanya hari baruku.
Ketika aku bangun dengan bersemangat aku berkata kepada diriku bahwa hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan dan hari pertama untuk beristirahat dalam hidupku. Aku segera memulai dengan senyuman, karena aku sungguh ingin agar dia melihatku dalam keadaan terbaikku. Kemudian, aku melihat ke jendela walaupun aku tahu hari masih pagi, tetapi aku masih harus mengkonfirmasi bahwa aku mendapat satu kesempatan untuk menemukannya.
Dan di sana … matahari, walaupun agak berawan, tetapi masih terlihat, dan tersenyum kepadaku. Dan, aku berkata, “Terima kasih” dan aku tersenyum balik.
Kemudian, aku bertanya kepada diriku sendiri, “Apakah hari ini dan dorongan semangat menekanku kembali? Ke manakah aku akan pergi?”
Mungkin ke sumber air dan aku tidak berharap aku akan menemukannya di sana, karena dia melebihi rasa hausku akan air.
Mungkin ke took grosir, dan di sana akan melihat dia. Ketika aku sedang mengambil buah dan dia memperlihatkan kepadaku perbedaan antara yang segar dan yang telah rusak. Sejak saat itu, tiada sesuatu pun yang aku makan mempunyai rasa yang sama. Karena dia membawa sesuatu keindahan dari kesederhanaan dalam setiap hal yang aku lihat, rasakan, cium, dan sentuh.
Atau, mungkin hari ini akan menjadi hari di mana malaikatku membawa barang-barangku tanpa tempelan harga. Dan, ketika aku menunggu di belakang malaikatku, dengan semua orang yang frustasi dan tergesa-gesa dalam hidup mereka yang sibuk, aku menemukan diriku dengan berkat berupa waktu tambahan. Cukup waktu untuk memulai pembicaraan dengan penglihatan indah di belakangku, yang aku tidak ingin itu diketahui orang lain. Tetapi, karena informasi “Periksa Harga di Kasir 5”, aku menemukan dia.
Jadi hari ini menjadi hari di mana aku berkata, “Terimakasih Tuhan!” Terimakasih untuk metahari untuk memulai hari baruku. Terimakasih memberiku iman ketika aku bangun pagi ini, bahwa aku akan menemukannya pada hari yang beru ini. Tetapi lebih dari segalanya, terima kasih untuk tidak membiarkanku menunggu sampai matahari terbit pada esok hari. Karena ketika aku ingin melihatnya, aku akan melihat dia. Di matanya terlihat bahwa dia akan selamanya memegang janjinya kepadaku.
Dia adalah matahariku, harapanku, dan hari baruku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H