Mohon tunggu...
Servatius Nayaka Adyandaru
Servatius Nayaka Adyandaru Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Seminaris tingkat 1 di Seminari Santo Petrus Canisius Mertoyudan hobi : membaca komik, novel, dan sejarah menonton serial tv dan film mendengarkan musik bermain game khususnya game RPG (cerita) kepribadian : pemaaf, sedikit susah mengontrol emosi topik pembicaraan kesukaan : film, musik, dan game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panggilan yang Mengawali Harapan

28 November 2024   08:52 Diperbarui: 28 November 2024   09:38 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifehopeandtruth.com the birth of Jesus

 Allah bukan pertama-tama memanggil orang-orang yang memiliki pengaruh besar misal orang-orang berpengaruh atau orang yang baik sekalipun.

 Allah tidak pernah memikirkan hal itu, Allah memanggil semua orang untuk mengikuti dan berpegang pada diri-Nya dalam menapaki jalan kehidupan yang disiapkannya bagi setiap manusia. Seperti pada Ayat tersebut Allah memanggil gembala-gembala yang pada masa itu merupakan pekerjaan yang disepelekan oleh sebagian besar orang, namun Tuhan memanggil mereka menjadi yang pertama melihat dan menerima pengharapan.

Sepulangnya dari kandang tempat Yesus dilahirkan mereka mengalami perubahan dalam hidup mereka. mereka hidup dengan penuh sukacita dan penuh pengharapan. Respon dari para gembala yang penuh sukacita dan pengharapan itulah yang harus kita teladani dalam hidup. 

Respon itulah yang harus kita berikan ketika kita menyambut Kristus. Panggilan Tuhan juga mengajak kita untuk mewartakan kabar sukacita yang telah kita terima dan rasakan dengan penuh sukacita dan pengharapan. Hal itulah yang harus kita wartakan, harapan dan sukacita itulah yang harus kita beritakan pada sesama dan dunia sehingga mereka pun dapat merasakan sukacita dan harapan yang melimpah pula.

            Yesus menjadi harapan bagi seluruh umat manusia di dunia. Ia merupakan anak Allah dan Allah itu sendiri. Tapi Ia turun ke dunia melalui Bunda Maria, Ia turun untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Ia pun menjadi seorang manusia seutuhnya, Ia merasakan apa yang manusia rasakan, namun ia tidak terjatuh ke dalam dosa, ke dalam kegelapan seperti manusia lainnya yang dengan mudahnya jatuh ke dalam kegelapan. 

Ia menjadi satu-satunya Manusia tak bercela dan sempurna. Ia adalah raja dari segala raja, tapi ia turun menjadi manusia, disalibkan, dan dikorbankan untuk menggantikan manusia menebus kesalahan dan membayar hutang-hutang dosa. Ia rela dan dengan rendah hati menebus dosa-dosa manusia dan berkorban. Itu semua dia lakukan atas dasar cinta kasih yang sangat besar.

            Atas dasar itulah kita harus meneladani Yesus. Ia adalah manusia sempurna dan raja segala raja, sedangkan kita hanyalah manusia berdosa yang sering lupa akan keberadaan kita yang sepele di hadapan Allah. 

Walaupun begitu, seringkali manusia tetap merasa paling hebat dan sombong akan segala hal yang dimilikinya. Sebagai manusia yang sangat bergantung pada Tuhan, tidak sepatutnya kita berlaku seperti itu. Oleh sebab itu Tuhan memanggil dan mengajak kita untuk berlaku rendah hati, seperti Yesus yang turun ke dunia demi manusia. Dengan meneladan Yesus kita dapat seutuhnya menjadi Manusia yang dikehendaki oleh Allah.

            Seperti Tema Natal Tahun ini, kita diajak untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan serupa dengan Tuhan itu sendiri. Panggilan itu juga pastinya harus dilakukan dengun penuh rasa sukacita, karena Kita dipanggil untuk menerima harapan dan perubahan besar dalam hidup kita yang jauh dari kata sempurna. 

Oleh sebab itu, marilah kita memohon dan berdoa agar Tuhan selalu memberikan rahmat dan menyertai kita dalam panggilan yang telah Ia berikan. Akhir kata selamat mempersiapkan dan melaksanakan Natal 2024 dengan sukacita, semoga Tuhan selalu menyertai kita di perjalanan panggilan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun