Mohon tunggu...
Sen Sendjaya
Sen Sendjaya Mohon Tunggu... -

Peneliti dan pemerhati kepemimpinan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Karisma Seorang Risma

23 Februari 2014   02:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karisma Seorang Risma

Merinding mendengar di Mata Najwa

Curahan hati pemimpin-pelayan bernama Risma

Seperti hujan deras di panas terik kemarau

Ia meredefinisikan arti karisma pemimpin

--

Ia berkarisma bukan karena dia pandai beorasi

Tapi karena suara kenabian yang ia kumandangkan tegas lugas

Investor kotor ia tegor demi warga tidak tekor

Tak heran para koruptor beraliansi menteror

--

Ia berkarisma bukan karena koneksi ke atas

Tapi karena cintanya pada yang dibawah

Surabaya ia transformasi dengan memanusiakan warganya

Seorang demi seorang, keluarga demi keluarga

--

Ia berkarisma bukan karena ambisi berkarir politik

Tapi karena amanah, yang membuatnya bonek berkorban mengabdi

Kuasa ia nafikan, meski didaulat rakyat jadi capres favorit kedua

Benarlah teori orang yang layak memimpin seringkali tak berambisi

--

Ia berkarisma bukan karena piawai soal pencitraan

Meski dia dicalonkan jadi walikota terbaik sedunia

Tapi karena ia memiliki tiga bahan dasar pemimpin

Visi – Ia tahu Surabaya mau dibawa kemana

Konfiksi – Ia ngotot pergi ke sana meski dihalangi

Integritas – Ia menjaga nuraninya bersih selama pergi ke sana

--

Ia berkarisma bukan karena ia tegar dan kokoh

Tapi karena ia menangis bersama warga yang menangis

Yang bilang wanita sulit memimpin karena mudah terbawa emosi

Tak pernah belajar sejarah, mata pemimpin sejati selalu jadi pancuran air mata

Tatkala ia menghibur orang yang terluka dan melukai orang yang terhibur

--

Hati mana yang tak tergerak untuk bergandeng tangan #SaveRisma?

Agar ia terus bertarung bak ikan hiu sura melawan buaya-buaya licik

Tapi arek-arek Suroboyo, jangan cuma jadi badut-badut manut pasang badan

Sejarah mencatat celakalah pemimpin yang dikelilingi dua jenis orang:

Buaya-buaya licik di luar dan badut-badut manut di dalam

Untuk langgeng, pemimpin butuh sahabat yang mengkritik karena mengasihi

--

Mari bermimpi di republik ini muncul 100 orang seperti Risma di tahun 2014

Yang lebih takut berbuat dosa daripada takut dirugikan atau diancam

Yang tinggi iman, ilmu, dan pengabdian di tengah angkatan bengkok hati

Yang tegas terhadap hati yang licik, lembut terhadap hati yang remuk

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun