Dear Emak,
Mak, apa kabar hari ini? Apa seperti kemarin, ketika aku kecil emak sudah asyik bergulat dng waktu demi kami anak-anakmu meski dengan itu tak kulihat sapa pagimu ketika ku terbangun. Yah..biasanya saat kubuka mata engkau sudah berada di "ladangmu" mencari nafkah untuk menyambung hidup kami.
Kami terkadang iri dengan kawan kawan yg tiap pagi diantar emak emaknya ke sekolah sedangkan aku dan ketiga saudaraku harus bersiap siap sendiri bahkan terkadang salah satu dari kami menangis karna tak menemukan seragam atau buku kami. Hahaha...dan kakak tertua akan marah besar memarahi kami, bagaimana tidak jarak umur kami begitu dekat hingga cara berpikir kami bisa dikatakan sama waktu itu. Kekanakkanakan, tapi dia dipaksa dewasa pantas saja nampak lebih tua dari umurnya.
Tapi kami bangga padamu mak, kamu wanita tangguh dan perkasa. Engkau juga pandai mengatur keuangan keluarga bersama bapak tentunya, meski kalian bukanlah sarjana ekonomi seperti emak dan bapak kawan kawanku bahkan lulus SD pun tidak. Tapi engkau begitu rapi dan teliti mengatur administrasi rumah tangga. "Biar kita bisa seperti org lain, yg punya rumah. Tak mau kan kalian menempati kontrakan sempit ini selamanya" itu yg slalu kau bilang. Lalu kami berkhayal punya rumah yg luas lengkap dng perabotnya.
Hmm..engkau motivator kami sesungguhnya.
Belajar dirumah terkadang adalah waktu yg membosankan bagi kami, kau tahu kenapa mak? Karena tak ada yg mengajari kami, kadang tanya kami tak terjawab olehmu. Aku paham mak, ilmu formalmu tak menjangkau. Lalu kami mogok, belajar hanya kalau ada PR atau pas ulangan saja. Dan aku paling bandel diantara semua. Biasanya buku hanya kubawa kesana kemari, namun aku hanya bermain bahkan tertidur.
Hehe..lain dng kakak yg tekun sekali. Tapi jangan kuatir mak, prestasi akademik ku tak mengecewakan bukan? Aku tetap jadi juara di SD, meski di SMP dan SMA menurun tapi tetap menjadi deretan siswa pintar, tetap masuk walau cuma 10 besar. Itu yg membuat engkau tak bisa memarahiku jika aku enggan belajar. Dan keahlianku adalah mencari alasan bila nilaiku menurun, hehe..sedikit taktik agar kau tak marah.
Dan slalu berhasil, lain dng saudaraku yg lain yg terkadang masih kau tegur bila nilainya turun.
Ah..mak aku jadi rindu padamu. Entah mengapa selepas lulus sekolah aku memilih bekerja di tempat yg jauh... Carilah pengalaman mumpung masih muda, itulah kata2 bapak yg membuat aku nekat merantau. Hmm..hanya aku yg kau biarkan jauh. Mungkin aku yg paling nakal sehingga kau tega melepasku, tapi kau bilang kamu yg paling kuat nduk..kamu berani, dan bisa menjaga diri. Emak dan bapak percaya padamu nduk..
Dan kubawa bekal restumu menapaki jalanku. Mak dan bapak andai kalian tau tiap sepiku datang aku rindu hangat belaimu. Hmm..tapi tenang mak, aku kuat. Kukumpulkan kangenku ini dan nanti bila pulang akan kutumpahkan semua rinduku. Bukankah jarak itulah yang menciptakan ruang rindu?? Dan aku akan bercerita kehidupanku di sini, hanya cerita bahagia agar kau tak khawatir. Biar saja dukaku kupendam sendiri.
Dan lewat tulisan ini kala mendung menggelayut di hatiku aku cuma mau bilang Emak Bapak AKU RINDU!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H