Mohon tunggu...
Erfano Nalakiano
Erfano Nalakiano Mohon Tunggu... -

Erfano Nalakiano adalah nama pena dari guru yang berdedikasi di Sekolah Alam Bogor. Menulis, membaca dan bernyanyi adalah bagian hidupnya yang tak bisa terpisahkan!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paket Lengkap Film Negeri 5 Menara

14 April 2012   05:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:38 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_181821" align="aligncenter" width="360" caption="Cover Film Negeri 5 Menara"][/caption]

Setengah bulan sebelum Film Negeri 5 Menara ditayangkan di bioskop, saya sempat mengikuti taping acara yang membahas film itu. Jujur, saya tak sabar untuk menyaksikan film yang diadaptasi dari Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Saat kompasiana mengadakan nonton bersama sebelum premiere film. Saat itu kuota 20 orang sudah terpenuhi dan parahnya saya telat. Meski begitu saya tetap mengirim email ke kompasiana berharap ada yang berhalangan hadir dan saya siap menggantikan. Namun keberuntungan belum berpihak, saya pun menunggu setengah bulan untuk premiere film Negeri 5 Menara (N5M).

Tanggal 1 Maret tiba, seperti premiere film Indonesia yang hadir di Hari Kamis. Hari itu usai mengajar saya bersiap-siap menyaksikan N5M di bioskop XXI. Saya membeli tiket di jam 19:15. saat memesan tempat duduk, hampir semua kursi terisi penuh. Padahal saya membeli tiket 2 jam sebelum pertunjukan.

[caption id="attachment_181822" align="aligncenter" width="300" caption="Tiket Negeri 5 Menara"]

13343794241029953468
13343794241029953468
[/caption]

Studio 1 yang memutar sudah dibuka, deg-degan saya ketika masuk studio. Deg-degan ini muncul karena penasaran saya yang sudah diubun-ubun. Apalagi novelnya sudah khatam saya baca tiga tahun lalu. Jeda beberapa waktu film mulai dibuka…..

Film N5M dimulai dari perjalanan Alif saat lulus sekolah menengah pertama. Bersama temannya sekalian “saingan”nya Randai, mereka membelah indahnya sawah dan Danau Maninjau kemudian mengukir cita-cita untuk kuliah di ITB. Namun harapan Alif mulai runtuh saat kembali ke rumah, saat Amak memintanya masuk ke pesantren.

Sampai di sini, alur cerita mulai melambat. Namun lambatnya alur malah membuat penonton dibawa masuk ke permasalahan Alif. Penonton dibawa masuk lebih dalam ke perasaan bimbang Alif. Wajar ketika sebuah keinginan tak sejalan dengan kemauan orang tua, begitulah yang dirasakan Alif. Di usia yang masih muda, saat teman-teman sebaya bebas memilih masuk sekolah menengah atas favorit. Alif diminta masuk pesantren. Sesuatu yang belum terbayang olehnya. Namun, perasaan penonton mulai lega ketika Alif menanyakan sesuatu ke amaknya, pertanyaan tentang ketahanan rendang yang dimasukkan ke dalam kaleng. Pertanyaan yang menandakan persetujuan Alif terhadap pilihan Amak.

Perjalanan Alif menuju Pesantren Madani tergambar cukup jelas, beberapa panorama alam memanjakan mata penonton. Cerita berlanjut ke ujian Alif masuk ke pesantren hingga akhirnya lulus. Dan cerita sesungguhnya pun dimulai…

Di Pesantren Madani, Alif bertemu dengan sahabat-sahabatnya dari daerah-daerah yang berbeda. Raja dari Medan, Baso dari Gowa, Dulmajid dari Madura, Atang dari Bandung, dan Said dari Surabaya. Karena keenam sahabat ini sering mengunjungi menara, beberapa santri memanggil mereka Sahibul Menara. Semenjak itulah mereka menyebut dirinya sebagai Sahibul Menara. Di menara inilah awan-awan mimpi mereka untuk menjelajah dunia disebutkan. Ada yang melihat awan berbentuk Eropa, Amerika, Afrika, Asia dan Indonesia.

Berbagai keseruan di pesantren Madani membuat gelak tawa penonton tak terhindarkan. Saat Alif dkk terlambat dan menjewer telinga temannya, saat Baso mengikuti lomba pidato berbahasa Inggris, saat liburan ke Bandung, hingga saat mereka membeli es dan pulang dengan mengendarai becak. Tak hanya tawa, kesedihan pun mengaduk-aduk hati penonton tatkala Baso harus rela meninggalkan teman-temannya di Pesantren Madani. Selain itu emosi penonton pun terbawa saat Alif yang akan memutuskan pindah ke Bandung dan dikucilkan teman-temannya. Adegan lain yang buat gregetan penonton adalah saat Alif melakukan pendekatan pada Sarah.

Adegan mantra Man Jadda Wa Jada pun tergambar cukup jelas. Ustad Salman yang memotong kayu dengan golok tumpul dan berkarat mampu membuat tegang penonton. Belum lagi adegan ini ditutup dengan seruan mantra “Man Jadda Wa jada” mampu menggetarkan hati penonton. Man Jadda Wa Jada, Siapa yang bersungguh-sungguh dia yang berhasil.

Cast…

Jika ditilik dari jajaran pemain, N5M menyuguhkan pemain-pemain baru yang berkarakter dan terlatih. Sebut saja Gazza Zubizareta yang konsisten memainkan peran Alif dengan sejuta kegalauan karena setengah hati untuk menempuh pendidikan di pesantren. Pemain baru seperti Billy Sandy juga terlihat gemilang memainkan karakter Baso.

[caption id="attachment_181823" align="aligncenter" width="300" caption="saya dan para pemain Film Negeri 5 Menara"]

13343794952008217196
13343794952008217196
[/caption]

Tak hanya pemain baru, beberapa pemain senior juga terlibat dalam Film N5M. Ada Lulu Tobing yang berperan sebagai Amak, David Chalik yang berperan sebagai Ayah Alif, Ikang Fawzi yang berperan sebagai Kyai Rais, Donny Alamsyah yang berperan apik sebagai Ustad Salman hingga Andhika Pratama yang berperan sebagai kakak santri pemimpin redaksi majalah di pesantren. Semua memainkan karakternya dengan pas dan utuh.

Namun dari semua pemain itu ada satu pemain yang menurut saya mencuri perhatian penonton yakni Tessa Idol. Jebolan Indonesian Idol 2006 yang berperan sebagai Tyson benar-benar pas dan memukau. Apalagi saat adegan jewer telinga pada anak-anak Sahibul Menara yang terlambat. Luar biasa! Terbayang Tessa yang jago menyanyi ini berperan antagonis, kontan membuat penonton tertawa lepas.

OST-

Score film dan soundtrack yang digarap Yovie Widianto untuk Film N5M memang terlihat megah dan berkelas. Sepanjang film berlangsung, emosi penonton makin terasa dengan iringan-iringan nada yang kadang menyayat hati, kadang menghentak memberi dorongan semangat.

Untuk urusan album soundtrack, banyak sekali penyanyi yang terlibat di album ini, sebut saja Yovie and Nuno, Yunika, Heidi Yunus, Titi DJ, Andhika Pratama, Ersika, Basejam, Alika dan Ikang Fawzi. Karakter vokal mereka yang berbeda membuat album sountrack N5M begitu berwarna. Jika banyak film yang sountracknya digarap satu musisi. Rupanya Yovie begitu bijak menggaet penyanyi-penyanyi tersebut. Hasilnya? Lagu-lagu seperti Galau, Man Jadda Wa Jada, Inginku (Bukan Hanya Jadi Temanmu), Doamu Ibu, Cita Diri,  Waktu Yang Tersisa, Melukis Mimpi dan Anugerah Cinta mengalun kadang menghentak kadang begitu syahdu . Dari semua lagu yang ada di album ini, saya paling suka lagu Man Jadda Wa Jada. Lirik dan hentakan beat pada lagu membuat orang yang mendengar semangat untuk terus berkarya.

[caption id="attachment_181825" align="aligncenter" width="300" caption="Album OST-Negeri 5 Menara"]

1334379605916487980
1334379605916487980
[/caption]

Barangkali yang membuat saya agak kecewa adalah, gaung lagu di album OST N5M yang kurang terdengar terutama di televisi. Bahkan di situs youtube lagu ini hanya dilihat sekitar 60 ribu pasang mata. Padahal lagu-lagu Yovie and Nuno biasanya laris manis disaksikan di youtube dan rajin wara-wiri di chart acara musik televisi.

Meskipun demikian, lagu-lagu dalam OST N5M mampu menggambarkan dengan baik adegan demi adegan di filmnya. Seperti lagu Galau yang menggambarkan kisah Alif bersama Sarah. Lagu Man Jadda wa Jada yang menggambarkan kegigighan Sahibul Menara. Atau lagu Doamu Ibu yang menggambarkan betapa hebatnya sosok Amak untuk Alif. Oh, ya album OST ini dapat dibeli di toko buku Gramedia.

Baso…

Karena film N5M dapat disaksikan semua umur. Sebagai guru saya rajin berpromosi ke anak-anak tentang film ini. Apalagi saya sempat mengikuti blogshop N5M Kompasiana di Bandung dan mendapatkan kaos bertuliskan judul film. Pernah kaos itu saya pakai ke sekolah dan anak-anak teriak.

[caption id="attachment_181824" align="aligncenter" width="300" caption="kaos yang saya dapatkan dari blogshop Kompasiana"]

1334379551792574575
1334379551792574575
[/caption]

Jika begitu biasanya saya bertanya, “Kalian sudah nonton N5M?” Beberapa anak menjawab kompak telah menonton bersama keluarga. Satu hal yang membuat saya kaget adalah anak-anak begitu hafal karakter Baso. Saya tanya ke anak-anak lain, jawabannya sama karakter Baso yang paling diingat.

Adegan terfavorit….

Ada tiga adegan terfavorit dalam film ini menurut saya yakni adegan Ustad Salman yang memotong kayu. Ketika sang ustad mulai memotong dengan kuat lalu mengatakan bahwa bukan ketajaman yang membuat kayu ini terpotong melainkan kesungguh-sungguhan. Saat adegan ini berlangsung saya merinding berkali-kali dibuatnya.

Adegan kedua favorit saya adalah ketika Baso yang harus rela meninggalkan pesantren. Di saat Baso mengemasi barang-barangnya, saat itulah sayaterjebak dalam keharuan luar biasa. Adegan ini mengingatkan saya pada Film Laskar Pelangi, di mana Lintang meninggalkan teman-temannya. Jujur, saya menangis tatkala Baso harus meninggalkan pesantren demi merawat neneknya.

Adegan ketiga yang jadi favorit saya adalah ketika Said memarahi Alif saat di ruang kelas. Saat itu Alif bersikeras untuk meraih mimpinya untuk sekolah di Bandung. Dialog yang masih saya ingat saat Said berkata begini, “Ini hidup-hidupmu! Sekarepmu, Lif!”. Bagi saya kekesalan teman-teman Alif begitu terasa. Perkataan Said kepada Alif pun sebenarnya bentuk perhatian seorang sahabat yang tak mau kehilangan sahabatnya lagi. Apalagisetelah kepergian Baso sebelumnya.

Akhirnya…..

Rasa penasaran akan film ini tertunaikan sudah.Usai menonton saya berkesimpulan bahwa film N5M adalah salah satu film yang wajib ditonton. Bukan pesannya yang bagus namun banyak pembelajaran tentang indahnya persahabatan dan sebuah perjuangan meraih mimpi.

Satu hal yang membuat saya kagum, film N5M ini adalah film tentang kehidupan di pesantren. Semua digambarkan dengan sangat baik, film ini pun mampu membawa citra pesantren yang terlanjur dicap buruk menjadi sesuatu yang baik dan menarik. Jika kelak saya punya anak saya tidak akan segan-segan untuk memasukkannya ke dalam pesantren.

Mungkin banyak yang membandingkan film dengan novelnya. Namun film dan novel adalah dua media yang berbeda, dua media yang tak perlu dibandingkan. Beberapa cerita yang ditulis beratus-ratus lembar di novel tak bisa semuanya ditafsirkan dalam bentuk gambar. Yang terpenting adalah pesan yang ada di novel dapat disampaikan pula di filmnya. Dan Affandi Abdul Rahman sebagai sutradara telah melakukannya dengan baik. Selamat!

Menonton film Negeri 5 Menara, seperti menikmati paket lengkap sebuah pergelaran. Di mana penonton tak hanya disuguhkan cerita yang memukau, akting yang apik dan musik yang ciamik. Namun emosi penonton juga dilibatkan, semua rasa mulai dari sedih, bahagia, marah, jengkel mampu dihadirkan dengan teramat baik. Jika "paket lengkap" ini sudah diberikan, sepertinya tak akan ada alasan anda untuk tidak menyaksikannya Film Negeri 5 Menara bukan? NB: setelah Negeri 5 Menara, semoga Ranah 3 Warna pun segera difilmkan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun