Mohon tunggu...
Erfano Nalakiano
Erfano Nalakiano Mohon Tunggu... -

Erfano Nalakiano adalah nama pena dari guru yang berdedikasi di Sekolah Alam Bogor. Menulis, membaca dan bernyanyi adalah bagian hidupnya yang tak bisa terpisahkan!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makan Sayur dan Buah Pada Anak-anak

24 Maret 2010   07:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:13 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada saat pertemuan dengan orang tua secara individual, salah satu orang tua murid mempertanyakan tentang pembelajaran makan sayur.

“Kenapa sih anak saya harus makan sayur. Kan gizinya bisa saya penuhi dengan memberikan susu! Kalau anak saya nggak mau makan sayur jangan dipaksa, Pak!”

Aku tersenyum. Sebenarnya tak ada paksaan. Namun semua anak wajib mencoba semua makanan yang telah disediakan. Jika ia tidak suka, ia dapat memakan sayur dengan porsi setengahnya. Yang paling penting dia mau mencoba!

Kemajuan industri dan teknologi besar pengaruhnya terhadap konsumsi makanan. Banyak sekali makanan-makanan dalam bentuk olahan yang dapat kita temukan seperti sosis, nugget, kornet, susu dan makanan olahan lainnya. Makanan olahan yang tidak perlu waktu lama untuk memasaknya membuat kita terlena dan terus mengkonsumsinya.

Seperti kebanyakan tujuan industri yakni mencari keuntungan. Makanan olahan yang dibuat telah diberikan zat-zat tambahan agar makanan olahan tersebut mampu awet dan tahan lama. Zat-zat tambahan tersebut dapat berupa zat pengawat, zat pewarna dan zat perasa. Barangkali zat-zat tambahan tersebut aman digunakan namun yang namanya zat kimia jika dikonsumsi terus tidak akan baik untuk kesehatan.

Setelah pertemuanku dengan orang tua murid itu aku berpikir akan peran susu. Apakah benar susu dapat menggantikan peran sayuran? Mengingat produk susu telah ditambah beragam macam vitaman dan mineral. Namun aku yakin bahwa sehebat apapun vitamin dan mineral yang ditambahkan tak akan sehebat vitamin dan mineral yang dikandung buah dan sayur.

Membiarkan anak tidak mau makan sayur adalah pilihan yang salah. Bagaimana pun anak-anak sudah harus dikenalkan oleh sayur dan buah. Namun kesibukan orang tua membuat makanan olahan menjadi alternatif pilihan utama. Padahal kita tahu bahwa tujuan makanan olahan dibuat adalah sebagai produk pengganti jika produk yang asli sulit didapatkan atau dalam keadaan langka.

Membiasakan makan sayur dan buah dapat dilakukan dari kecil. Jika masih bayi dan belum tumbuh gigi, anak-anak bisa diberikan jus atau bubur buah dan sayur. jika sang anak sudak tumbuh gigi dan banyak, anak-anak dapat diperkenalkan dengan buah dan sayur dalam bentuk potongan.

Pernah di kelas, seorang murid tidak mau makan buah atau sayur yang diberikan dalam bentuk utuh. Jika ia memakan dipastikan ia akan memuntahkan. Namun saat sayur dan buah itu dijus, dia tidak mengalami kesulitan untuk mengkonsumsinya. Saat berbicara dengan orang tuanya, usut punya usut ternyata sang anak dari kecil dibiasakan makan sayur dan buah dalam bentuk jus. Sehingga ketika harus mengunyah sayur dan buah, ia tak terbiasa dalam mengenal tekstur serat sayur. Alhasil ketika serat itu tak dikenali ia akan memuntahkannya.

Selain memperkenalkan dalam bentuk jus dan potongan, ada baiknya variasi buah dan sayur juga diperkenalkan. Baiknya lagi pola makan sayur dan buah adalah pola kebiasaan di dalam keluarga.

Banyak sekali keuntungan dalam membiasakan makan sayur dan buah. Selain menyediakan vitamin dan mineral original, sayur dan buah juga mampu membuat daya tahan tubuh tetap fit. Hal lain, makan buah dan sayur dapat membuat kita mampu bertahan di mana pun dalam kondisi apapun.

Bayangkan jika sang anak yang tak terbiasa makan sayur dan buah dari kecil, lalu hanya disediakan susu sebagai pengganti. Bagaimana keadaannya? Apalagi saat dia ditempatkan kerja di tengah hutan yang hanya akan ada sayur dan buah saja. Apa yang akan terjadi? JIka terpaksa mungkin ia akan memakan, namun berapa lama ia akan beradaptasi dengan hal tersebut?

Menjaga dan memberikan kenyamanan untuk anak-anak adalah hal yang patut orang tua dan guru lakukan. Namun ketika memberikan kenyamanan padahal kenyamanan itu justru melenakan dan tidak mampu membuat anak mandiri, apa mesti dilakukan? Yo..nggak dong!

Salam! Seru Jadi Guru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun